Refleksi Akhir Tahun 2018: Pembangunan di ‘Bumi Panua’, Berdampak Nyata dan Positif

Pohuwato, COMMIT – Kabupaten Pohuwato resmi terbentuk sesuai UU No. 6/2003, pada 25 Februari 2003 di masa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri.

Di rentang 15 tahun keberadaan kabupaten berjuluk Bumi Panua itu, Irfan Saleh, SPt, M.Si, Kepala Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Pohuwato, berbagi perspektif tentang strategi, inovasi dan dampak pembangunannya.

Berikut catatan mantan peserta Diklat Perencana di naung kerjasama Pemprov Gorontalo dan JICA-CD Project antara tahun 2007-2012 ini.

***

Hari itu, Rabu, tanggal 26 Desember 2018. Pada sore hari, ketika hendak keluar kantor, saya berpapasan teman jurnalis.

Dia menyapa. “Pak kaban, tidak ada tulisan refleksi akhir tahun?”.

Saya spontan menjawab. “Ya, akan saya siapkan.” Lalu saya gegas ke mobil karena harus menghadiri acara yang amat penting. Kaitannya dengan lingkungan yang dilaksanakan BPDAS Provinsi Gorontalo.

Produksi padi terus meningkat

Sebelumnya, dari pukul 13.30 hingga 15.00 di ruang kerja Baperlitbang, saya baru melaksanakan Rapat Teknis terkait kemiskinan dengan Kepala Dinas Sosial dan beberapa stafnya dan membahas pemantapan konsep implementasi pengumpulan data dan sumber pembiayaan.

Ide tersebut secara spesifik berkaitan penyaluran bantuan donatur yang secara ikhlas memberikan asupan makanan berkalori tinggi bagi warga miskin. Tujuannya agar warga bisa terpenuhi kebutuhan dasarnya secara berkualitas.

Memang, sejak dipercaya Bupati memimpin Bappeda (Baperlitbang saat ini) pada awal Januari 2017 saya sungguh tertantang.

Dari pengalaman mendampingi beliau sejak tahun 2010 hingga 2015 atau periode pertama beliau menjadi bupati lalu di 2016 hingga 2021. Periode kedua beliau bersama bapak Drs. Amin Haras sebagai wakil bupati, saya bersyukur bisa bersama hingga masuk tahun ketujuh ini.

Dari interaksi sehari-hari dengan Bupati, saya kemudian membaca, mengamati, menelaah berbagai arahan yang dalam dan kritis pada aspek komitmen untuk menyejahterakan rakyat.

Sebagai pendatang baru dalam kabinet eselon dua beliau saat itu, bersama tim kerja saya (teman-teman staf Bappeda), kami mulai meramu berbagai informasi dan fakta-fakta yang disampaikan dan mencari pintu masuk solusi yang kolaboratif, atas-bawah, kiri-kanan, muka-belakang.

Bupati uji coba teknologi alat tanam padi gogo tumpang sari jagung

Agar arah menjadi fokus, maka kami menetapkan prioritas pada penyelesaian dua hal yakni kemiskinan dan lingkungan.

Membangun komunikasi

Sejak memulai dari tahun pelantikan tersebut, manajemen kerja kantor terus saya pacu dengan cara meningkatkan kapasitas teman-teman agar speed-nya bisa sama dengan saya dan speed saya bisa mengimbangi speed Bupati dan Wakil Bupati.

Dari hari ke hari kesibukan teman-teman sudah mulai nampak, yang namanya Rapat Koordinasi terus berlangsung, dengan berbagai OPD terkait tema pembangunan daerah.

Rata-rata rakor yang kami laksanakan dengan OPD tersebut sudah minimal 4 kali dalam sebulan, bahkan pernah dalam seminggu full dengan rakor.

Mengapa Rakor begitu penting? Penting sebab tidak mungkin ada keterpaduan dan harmonisasi program pembangunan kalau tidak ada koordinasi, di dalamnya, terbangun komunikasi yang berkualitas didasari data dan fakta lapangan, tentang pembacaan atas realitas dan gap isu apa yang perlu diisi.

Dengan pertemuan kita bisa paham kapasitas dan posisi masing-masing.

Begitulah, dengan koordinasi seperti itu maka kolaborasi lintas OPD bisa menjadi mudah terbangun dan bisa saya fokuskan kepada apa menjadi arahan atau harapan Bupati dan Wakilnya.

***

Terkait isu kemiskinan, saya ingat persis, dalam satu rapat terbatas dengan pimpinan OPD berkaitan Rakorev Triwulan 3 Bulan September 2018, di ruang Pola Kantor Bupati, Bupati memberikan arahan ke peserta rapat bahwa telah ada banyak kemajuan.

“Syukur alhamdulillah kita telah cukup banyak menerima prestasi,” demikian katanya saat itu.

Prestasi itu, kata Bupati, di antaranya berupa WTP sudah lima kali berturut-turut, LPPD masuk peringkat 12 besar nasional, penghargaan nasional Kabupaten Sehat, penghargaan nasional di bidang Keluarga Berencana.

“Saya bangga dengan itu, saya senang dengan itu, namun kebanggaan ini belum sempurna rasanya ketika angka kemiskinan belum bisa kita turunkan,” terang Bupati saat itu.

Dari arahan tersebut, jelas sekali kesungguhan Bupati atas beban di benaknya sehingga kami pun harus terus bekerja keras membenahi berbagai kelemahan program ekonomi kerakyatan yang menjadi ujung tombak dalam penanggulangan kemiskinan.

Langkah Baperlitbang

Lalu apa yang Beperlitbang lakukan? Kita gas pol dengan berkoordinasi langsung BPS, menelaah kajian-kajian mereka kemudian dari hal-hal tersebut kami menyempurnakan program.

Sebagaimana dalam visi dan misi beliau, program ekonomi kerakyatan merupakan program unggulan yang pertama dalam RPJMD, dimana di dalamnya terdapat beberapa kegiatan yang sangat pro terhadap kemiskinan (pro poor).

Itulah yang menjadi fokus dan telaah kami sebagai bawahan sekaligus pembantu Bupati.

Bupati berbagi langsung dengan keluarga tak mampu

Kegiatan-kegiatan yang kami asistensi tersebut, di antaranya PBB Gratis bagi warga miskin, bantuan token listrik bagi warga miskin, bantuan biaya rekening air bagi warga miskin, pembangunan Rumah Sehat Komunal, sambungan rumah untuk air bersih gratis, bantuan ternak sapi.

Lalu ada bantuan perahu fiber, bantuan pemodalan, asuransi ternak, asuransi padi sawah, bantuan beasiswa, pendidikan gratis, pendidikan gratis, bantuan sembako, dan lain sebagainya.

Kemudian di tahun 2017 dan 2018, Bupati dan Wakil Bupati menambahkan satu kegiatan yakni asuransi dan biaya hidup bagi para pemanjat kelapa dan penyelenggara jenazah. Yah, pemanjat kelapa dan penyelenggara jenazah!

Selanjutnya akhir tahun 2018 beliau mengeluarkan satu kebijakan lagi untuk memberikan asupan makanan dua kali sehari kepada warga miskin kategori lansia terlantar, balita terlantar dan maupun elemen sosial lainnya.

Tahun berganti, bulan berjalan, saatnya membaca trend. Dari berbagai program kegiatan ekonomi kerakyatan tersebut, nampaknya telah terasa dampaknya dimana pada tanggal 12 Desember 2018 BPS Pohuwato merilis data kemiskinan terbaru dimana dalam data tersebut disampaikan terjadi penurunan yang signifikan atas kemiskinan Pohuwato.

Pada Tahun 2017, angka kemiskinan 21,27 persen, tahun 2018 turun menjadi 19,40 persen atau turun sebesar 1,87 persen. Penurunan ini oleh BPS dinyatakan sebagai penurunan tertinggi dibanding kabupaten/kota lainnya di Provinsi Gorontalo.

Ketika kami menyampaikan berita ini via telpon kepada beliau, tepatnya malam Kamis, pukul 22.30 Wita, maka mendengar berita bahagia ini beliau sangat terharu dan penuh syukur.

“Alhamdulillah kerja kerja kita sudah mulai nampak hasilnya,” sambut Bupati.

Kami pun bersepakat malam itu agar berita bahagia ini beliau umumkan pada saat apel ‘Gema Panua’ di Kecamatan Randangan pada 13 Desember 2018.

Rumah sehat komunal bagi warga miskin, 16 kawasan telah selesai terbangun.

Di situ, Bupati menyampaikan berita bahagia tersebut kepada seluruh OPD dan staf, pemerintah desa, para guru-guru yang sempat hadir, pemerintah kecamatan, disertai apresiasi atas kebersamaan selama ini.

Bupati juga memberi penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada tim kerja dan masyarakat Pohuwato atas komitmen memerangi ketimpangan, kemiskinan dan kelaparan. Pembangunan telah berdampak nyata dan positif.

Poin penting dalam arahan tersebut, kita bersyukur bahwa jalan kita sudah pada jalur yang tepat, tapi jangan terlena, perjuangan masih panjang untuk memberikan pengabdian terbaik bagi Bumi Panua tercinta ini.

Menekan angka kemiskinan

Bagi Bupati, bagi saya, dan bagi kita semua di Pohuwato, kita masih harus terus menekan angka kemiskinan ini hingga di bawah 15 persen.

Atas semangat tersebut, kembali Bupati mengeluarkan gagasan cerdasnya berupa inovasi yang bisa kami namakan ‘Bersama, Berbagi untuk Warga Miskin’.

Inovasi tersebut akan dicanangkan pada tahun depan dimana pemerintah memberikan ruang bagi siapa saja untuk berkontribusi dalam kegiatan asupan makanan untuk kaum dhuafa.

Untuk hal itu, akan dimulai dari ASN, dimana setiap eselon dan staf akan berkontribusi terhadap pembiayaan asupan makanan tersebut sesuai keikhlasan kemampuannya.

Sahabat sekalian, pembaca COMMIT, selamat berakhir tahun 2018, mari sambut tahun harapan dan jangan lupa bahagia. Pastikan bahwa kebahagiaan hakiki hanya datang jika kita berbagi kepada yang membutuhkan.

Atas nama Baperlitbang dan Pemerintah Kabupaten Pohuwato, Bumi Panua, mari sambut optimisme di 2019!