Kunci sukses Bumdes Bakti Salam Lontar Sewu Gresik

COMMIT – Direktur Eksekutif COMMIT Foundation membagikan pengalamannya berkunjung ke Bumdes Bakti Salam Lontar Sewu, terletak di Dusun Hendrosala, Desa Hendrosari Kecamatan Mengatik, Gresik, Jawa Timur pada  16 November 2022.

Bumdes ini dikunjungi karena dianggap berhasil dalam mengelola potensi sumber daya alam untuk kesejahteraan warga.

“BUMDes Lontar Sewu berdiri sejak tahun 2017 dan mengembangkan berbagai unit usaha di antaranya : pengelolaan sampah, green house, berbagai produk olahan pertanian, edu wisata dan juga batik,” jelas Ashar Karateng.

“Yang terbesar adalah pengembangan wisata yang diberi nama Edu Wisata Lontar Sewu pada tahun 2019 yang memanfaatkan lahan kosong milik pemerintah desa seluas 6000 meter persegi.” Ungkap Ashar.

“Inisiatif ini dibantu melalui kemitraan dengan Kementerian Desa PDTT melalui Program Pilot Inkubasi Inovasi Desa-Pengembangan Ekonomi Lokal (PIID-PEL),” terangnya.

Menurut Ashar, BUMDes Lontar Sewu sebagai pengelola Edu Wisata Lontar Sewu yang terdiri dari unit usaha parkir, tiket masuk, wahana bermain anak, kios103, gazebo, dan café. KUB Lontar Agung, dan KUB Mahkota Siwalan, sebagai penyedia bahan baku legen dan siwalan.

Dipaparkan, wahana kreatif sebagai pelaku bisnis professional (off taker), dan Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil (PINBUK) FEB Universitas Muhammadiyah Gresik sebagai inkubator . “Inkubator tugasnya memberikan pelatihan peningkatan kapasitas SDM,” ucapnya.

Dari pengembangan Edu Wisata Lontar sewu tersebut, lanjut Ashar, mampu menyerap tenaga kerja dan terjadi peningkatan jumlah orang yang bekerja secara langsung, dari delapan orang menjadi 103 orang

“Tingkat pendapatan mencapai Rp1,5-2 juta/orang/bulan,” ujarnya.

Para pekerja pengelola edu wisata diutamakan dari keluarga miskin yang belum memiliki pekerjaan tetap atau berpendapatan rendah. Meningkatkan pendapatan bagi 119 petani siwalan dari semula Rp100 ribu/hari menjadi sebesar Rp300 ribu/hari dari hasil penjualan legen ke BUMDes.

“Jumlah keluarga miskin di Desa Hendrosari, telah berkurang dari 114 Keluarga menjadi 88 Keluarga.

Dari segi jumlah pengunjung yang sebelumnya 100 orang pengunjung, menjadi 3000 orang saat akhir pekan, dan 300-400 orang di hari biasa,” tambah Ashar.

Omzet dari pengelolaan Edu Wisata mencapai Rp32 juta pada akhir pekan, dan Rp10 juta pada hari biasa, yang sebelumnya kurang dari Rp5 juta/hari.

Ditambahkan, dengan pembagian hasil 25 persen PADes, 25 persen pengurus, 50 persen pengelolaan BUMDes, telah memberikan PADes sebesar Rp. 1.2 miliar. “Pengurus Bumdes umumnya pria yang sudah senior. Bahkan ketua bumdes adalah mantan ketua BPD,” lanjutnya.

“Saya kira poinnya adalah kesuksesan ditentukan oleh keseriusan pengurus yang bervisi bisnis, kerjasama yang baik dengan pemerintah desa, mengembangkan bisnis berbasis potensi desa termasuk pemanfaatan asset pemerintah desa,” jelasnya.

Menurut pengurus, mereka juga pernah melakukan kunjungan studi tiru ke berbagai tempat di antaranya Desa Ponggoh di Yogyakarta.

“Tapi yang sangat menentukan adalah kesiapan pengurus untuk bekerja ikhlas dan tahan banting terutama pada fase awal.  Dukungan CSR PT PLN diberikan pada penguatan kapasitas dan pengembangan usaha Green House dan pengembangan produk olahan serta pemasaran,” pungkas Ashar.

Editor: K. Azis