Gunma University kolaborasi COMMIT Foundation perkuat kapasitas aparat Pemda dan tenaga kesehatan di Teluk Bintuni Papua Barat

Para peserta pelatihan bersama tim Gunma University dan COMMIT Foundation (dok: istimewa)


COMMITFOUNDATION
– Meski bukan yang pertama bagi COMMIT Foundation dalam memfasilitasi pelatihan di luar area Sulawesi Selatan namun kerjasama antara Gunma University Jepang dan COMMIT Foundation pada salah satu pelatihan di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat ini sungguh istimewa dan penting.  Istimewa dan penting bagi organisasi, bagi daerah, bagi bangsa.

Istimewa sebab kami – yang memang eksis untuk menjadi bagian dalam penguatan kapasitas para pihak dalam pembangunan daerah – diajak untuk ikut menguatkan kapasitas aparatur pemerintah dan tenaga kesehatan. Ini bersisian dengan inisiatif Pemda Teluk Bintuni yang sedang mendorong suatu gerakan pengurangan anemia di dua distrik yaitu Bintuni dan Manimeri.

Penting sebab isu yang kami cover ini merupakan salah satu tantangan nasional bahkan dunia dalam perbaikan Sustainable Development Goals bidang kesehatan, terutama untuk perempuan.  Beban anemia! Anemia adalah salah satu penyebab kematian bagi Wanita usia subur, yang melahirkan dan sebagian besar perempuan dan ibu hamil.

Data hasil penelitian Gunma University dan RSUD Teluk Bintuni dalam tahun 2019 menemukan bahwa satu dari tiga perempuan usia subur di Teluk Bintuni menderita anemia! Prevalensinya pun mencapai 32,8 persen!

Selain itu, isu-isu yang bertemali juga mengkhawatirkan trend-nya di kabupaten yang disebut punya kandungan gas alam superbesar itu.  Seperti gangguan kecacingan ibu hamil, infeksi menyakit seksual (IMS) hingga gigi lubang bagi perempuan hamil yang juga rentan. Kekurangan gizi, stunting dan kondisi sanitasi yang belum sepenuhnya membaik menjadi beban daerah.

***

Kota Manokwari, ibu kota Papua Barat ke Bintuni butuh waktu 6 jam, atau dapat ditempuh dari Kota Sorong dengan kapal laut. Susi Air melayani rute Sorong-Bintuni dua kali sepekan. Akses yang jauh, jumlah distrik yang mencapai 28 dan berjauhan, kondisi jalan antar distrik yang belum sepenuhnya bagus, tingkat Pendidikan dan literasi kesehatan yang kurang membuat situasi semakin sulit.

Belum lagi kebiasaan seperti pola makan, persepsi tentang peran perempuan dan alokasi waktu kerja, termasuk atensi keluarga dalam pengeluaran baik untuk pendidikan, pangan, teknologi komunikasi yang belum tertangani dengan baik.  Ditambah lagi angka pernikahan di bawah umur ideal masih cukup tinggi di Teluk Bintuni.

Jadi wajar jika provinsi seperti Papua Barat atau Teluk Bintuni mengalami kesulitan mengangkat derajat kesehatan mereka.

Partisipasi COMMIT Foundation ini penting sebab mengentaskan anemia merupakan pangguian luhur untuk ikut mendorong praktik kolaborasi dan perlunya fasilitasi masyarakat, isu dimana COMMIT Foundation hadir untuk itu: Mendorong mekanisme kolaborasi dan transformasi kapasitas para pihak.

Pelatihan dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Teluk Bintuni, Franky Mobilala yang menekankan perlunya kolaborasi atau dukungan pihak lain. “Dinas Kesehatan tidak bisa kerja sendiri, pemberantasan anemia membutuhkan dukungan OPD lain.” Katanya saat didampingi Plt Direktur RSUD Teluk Bintuni Zulaikha.

Selama sepekan dari tanggal 25 hingga 29 Juli 2022, dua master facilitator COMMIT Foundation, Kamaruddin Azis dan Jumardi Lanta menjadi fasilitator pelatihan Penguatan Kapasitas Aparat Pemerintah dan Tenaga Kesehatan dalam Penanggulangan Anemia di Bintuni dan Manimeri yang digelar di Hotel Steenkool dan Kantor Dinas Kesehatan.

Ada 25 peserta yang hadir, mulai dari staf Dinas Ksehatan, perwakilan OPD relevan seperti PMK, Dinas Sosial, Dinas Pertanian hingga Puskesmas dan Kades Posyandu.

Mereka memperoleh materi pelatihan dari narasumber Prof Darmawan Salman, tenaga ahli COMMIT Foundation terkait Mekansime Kolaborasi dalam Pembangunan Daerah serta Ashar Karateng, Direktur COMMIT Foundation terkait materi Fasilitasi Masyarakat dalam Pengentasan Anemia di Teluk Bintuni.

Selama lima hari ini, peserta berbagi pengalaman, mendalami hakikat kefasilitatoran dan kerangka mekanisme kolaborasi program penanggulangan anemia, memahami potensi keswadayaan masyarakat, teknik fasilitasi, pemahaman dasar metode observasi, wawancara dan analisa isu hingga penyusunan rencana aksi.

***

Pelatihan berjalan mengasikkan, partisipatif, dialogis dan disertai latihan praktik observasi dan wawancara di dua kampung yaitu Masuy dan Didguij di Distrik Bintuni. Pelaksanaan kegiatan berlangsung lancar atas fasilitasi dua mitra COMMIT yaitu dr Nova Sumihartini, Ph.D dari RSUD Teluk Bintuni serta dr Lukman Hilfi, Ph.D dari Gunma University. Tak ketinggalan Yeremia Manibuy, pilar Tim PA GEMA TURI, Gerakan Melawan Anemia di Bintuni dan Manimeri.

Para peserta menyusun rencana aksi terbarukan terkait langkah-langkah mengaktifkan kembali Gerakan Melawan Anemia di Bintuni dan Manimeri.

Kegiatan yang lebih relevan dengan konteks kemasyarakatan dan secara terus menerus merawat pertemanan dengan komunitas sebagai elemen dasar dalam menuju keberhasilan program, jika selama ini kegiatan lebih banyak dikendalikan oleh pihak luar, para peserta berharap program pengenatasan anemia berbasis masyarakat lebih didahulukan.

“Kunci program GEMA TURI ada di masyarakat, transformasi kapasitas harus dilakukan, dalam sosialisasi, dalam pelibatan dan pembukaan akses untuk mereka menyusun aksi-aksi perbaikan kesehatan seperti tanam sayuran sehat, penghargaan atas waktu dan tenaga mereka serta perlindungan agar bisa melahirkan dengan baik,” kata Jumardi Lanta.

“Pelatihan kita ini dasarnya pengalaman para peserta, seperti apa kegiatan selama ini dan apa yang bisa dilakukan agar semakin terbuka peluang kelompok masyarakat ikut menyusun rencana aksi bersama.

Di sisi lain, mekanisme kolaborasi sangat niscaya, isu anemia bukan hanya tanggung jawab Dinas Kesehatan tetapi kita semua, masyarakat dan OPD di Teluk Bintuni,” tambah Kamaruddin Azis.

“Kita akan mencoba untuk mulai sosialisasi dan secara perlahan mengajak masyarakat agar aktif dan memanfaatkan setiap peluang yang ada untuk sama-sama mengurangi anemia,” kata anggota TIM Penyelesaian Anemia, Kristina Inanosa.

“Bisa tanam sayuran di halaman, bisa pula membangun kesadaran bersama untuk menjaga ibu-ibu hamil agar minum obat atau tablet tambah darah,” pungkasnya.

Penulis: K. Azis | Sekretaris Eksekutif COMMIT Foundation