COMMIT dan AS Center Gelar Lokakarya Jurnalistik Warga

Galesong, COMMIT – Yayasan COMMIT bersama Yayasan Aminuddin Salle (AS Center) menggelar Lokakarya Jurnalistik Warga bertema Dimensi dan Dinamika Galesong Raya di Balla Barakka, Galesong, Selasa 4/12/2018.

Menurut Kamaruddin Azis dari COMMIT – LSM yang aktif mendorong transformasi sosial di Indonesia – lokakarya ini sebagai langkah awal mengidentifikasi warga Galesong yang tertarik mendokumentasikan dimensi sosial ekonomi kawasan Galesong Raya.

“Disebut Jurnalistik Warga sebab kitalah yang menulisnya, bisa pula pada aspek kebudayaan dan isu lingkungan. Mari mulai mendiskusikan isu-isu apa yang bisa jadi fokus perhatian bersama,” kata alumni Ilmu Kelautan Unhas itu saat menghantar perkenalan dan pertukaran perspektif peserta terkait arah lokakarya.

Acara tersebut dilakukan di hari yang sama ketika tidak kurang 20 orang tamu dari Rumata’ Artspace, warga Aborijin dari Northern Territory Australia dan peneliti dari Melbourne tandang ke Balla Barakka.

Mereka datang untuk melihat proses pengolahan teripang yang merupakan salah satu bagian dari relasi panjang masyarakat Aborijin dan Bugis-Makassar.

Lokakarya tersebut dihadiri 15 peserta yang datang dari perwakilan AS Center, jurnalis media online berbasis di Takalar seperti SuaraLidik, WartaSulsel, TurungkaNews, siswa sekolah, generasi muda Galesong dan akademi Universitas Muhammadiyah.

Tidak tanggung-tanggung, ikut hadir yaitu Ismail Rasulong, Dekan Fakultas Ekonomi Unismuh yang juga putra Galesong.

Kamaruddin juga menjelaskan tentang betapa mudahnya saat ini berbagi pengalaman, berbagi gagasan atau tulisan sejak merebaknya social media dan wahana online lainnya seperti blog atau website.

“Yang penting punya nyali, kalau perlu siap di-bully. Meski yang paling pokok adalah kemampuan menyiapkan data dan informasi yang faktual, benar,” pesannya.

***

Para peserta diminta memperkenalkan nama, pekerjaan dan pendapatnya tentang situasi Galesong Raya dan isu apa yang bisa jadi fokus bersama di ide pengembangan kapasitas jurnalistik warga ini.

Firmansyah, pelajar SMA yang tinggal di Kampung Tamaddapeg menyatakan ketertarikannya ikut karena ingin menambah pengetahuannya dalam kepenulisan. Hal yang sama juga diakui oleh Ahmad, yang merupakan jurnalis Turungkanews.com.

“Meski ini masih merupakan kegiatan awal, semoga ini tidak stagan, harus jalan terus,” katanya.

Sementara itu Muhammad Isman Daeng Muang, warga Galesong Kota yang berprofesi sebagai wirausaha menyatakan tertarik ikut karena ingin mulai belajar menulis.

“Saya tertarik bagaimana menulis. Karena menurut saya, secara adat, banyak yang bisa kita kemukakan terkait Galesong. Bagaimana ke depan, bisa memahami cara menulis dengan baik. Bisa bertukar pikiran tentang Galesong,” katanya.

Jabal Nur, yang aktif sebagai pengurus Gembok, organisasi kepemudaan, berharap lokakarya ini bisa meningkatkan kemampuan jurnalistiknya.

“Bisa menuliskan potensi Galesong, meng-eksplor melalui tulisan. Semoga lokakarya ini bisa menambah wawasan,” ucapnya.

Optimisme disampaikan Anriyadi. “Semoga ke depan dapat mengasah kemampuan dan wawasan,” kata anak muda yang mengaku punya dasar ilmu kesehatan ini.

Dia juga bercerita kalau beberapa waktu lalu telah melaksanakan kegiatan kepenulisan melalui pelatihan.

“Di Desa Pa’la’lakkang, ditujukan untuk jurnalis muda, membuat update tentang desa. Dilaksanakan pada 26 Oktober 2018,” katanya.

Ismail Rasulong, Dekan Fakultas Ekonomi Unismuh mengapresiasi inisiatif ini dan memandang bahwa memang harus didukung penuh.

“Kita perlu terlibat bukan hanya untuk mengeksplor Galesong Raya, tetapi juga meningkatkan skill dan kemampuan kita. Kita di dosen juga begitu, karena kadang meski dosen, kita juga masih susah menulis,” kata dosen yang mengaku blogger ini.

“Saya tertarik untuk mendorong bagi pengetahuan terkait bisnis di desa, semacam inkubator bisnis, bukan cuma masyarakat pesisir tetapi untuk potensi lain seperti pertanian,” lanjutnya.

Dia mengingatkan bahwa ke depan, generasi muda Galesong harus kreatif dan pintar.

“Kalau kita tidak pintar, kita harus siap dengan konsekuensi. Kita harus membentengi anak-anak muda juga dengan hal-hal positif. Intinya, kita harus memelihara semangat ke-Galesong-an kita,” pesannya.

Pendapat juga diberikan oleh Hamzah Al Imran, yang merupakan tenaga pengajar Fakultas Teknik di Unismuh.

“Galesong ini penuh pejuang, banyak sejarah pejuang. Tidak akan habis kalau diceritakan. Yang kedua, adalah potensi maritimnya, ini yang bisa ditulis,” kata pria yang suka memancing di perairan Galesong ini.

Pandangan serupa disampaikan pula oleh Bli Syamsul, yang mengaku keturunan Bali.

“Kalau bicara Raja Galesong mungkin banyak paham tapi belum banyak tulisan terkait itu. Ke depan, banyak potensi yang bisa dijual, bernilai ekonomi. Sebagai generasi muda kita jangan berpikir pragmatis saja,” ucapnya.

“Dengan menulis, ini bisa menjadi modal agar ganerasi masa depan bisa membaca cerita kita, tentang kebesaran dari Galeosng,” tambahnya bangga sebab bisa hadir di Balla Barakka.

Pernyataan motivasi datang dari pendiri dan pemilik Balla Barakka sekaligus pengelola AS Center, Prof. Aminuddin Salle Karaeng Patoto’, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

“Sejarah Galesong dikenal karena keberanian pejuangnya. Tapi saat ini bukan zaman perang lagi, kita harus bisa menghasilkan karya, kerja, menulis. Dengan insan-insan jurnalis, mari menaklukkan Indonesia dengan kecerdasan tulisan kita,” katanya sembari melebarkan tangan ke peserta.

“Ini kesempatan baik kita untuk mulai manfaatkan waktu dan belajar menulis bersama,” imbuhnya.

Tanggapan serupa disampaikan Nadir Pali, akademisi Unismuh.

“Saya kira ini merupakan sesuatu yang bagus. Wadah bagi kita tentunya untuk menginformasikan, bahwa Galesong punya potesi dan segi sosial kebudayaan,” ucapnya pria yang pernah menulis tentang potensi lokal masyarakat Galesong yaitu patorani.

Firmansyah, dari AS Center, poin penting adalah bagaimana menyiapkan data dan informasi. “Mungkin juga menurut saya, dari hasil tulisan, bisa di-visualkan, di-videokan, sebab saat ini orang lebih senang senang menonton, saling membuat film,” imbuhnya.

S. Pranomo, peserta lainnya mengatakan bahwa Galesong ini dekat isu maritim. “Mungkin masih ada yang perlu diperjelas, sehingga perlu melihat apa yang terjadi. Kita perlu melihat kesenjangan yang ada,” katanya.

Buyung Romadhoni, yang juga tulang punggung AS Center menyebut bahwa ketertarikan menulis Galesong setelah membaca kiprah beberapa sahabatnya yang juga dari Galesong.

“Saya juga mulai menggali, ternyata Galesong ini menarik, kampungku. Saya sepakat yang disampaikan peserta dari Turungkamews tadi, kita akan mulai dan bergulis saja,” katanya.

Israndi Djihad, peserta lainnya menyatakan bahwa saat SMA dia pernah bikin akronim tentang Galesong. “Artinya, Gaya Lembut Sopan dan Gaul,” kata politisi yang mengaku punya cita-cita agar banyak generasi Galesong yang kuliah di UGM Yogyakarta.

“Sekolah di luar dan kembali ke Galesong untuk membangun kampung halaman,” pungkasnya.

***

Lokakarya ini menyepakati beberapa isu yang perlu mendapat perhatian seperti isu lingkungan, seperti kerusakan lingkungan pesisir yang perlu diinvestigasi.

Kedua adalah usaha perikanan, yaitu menggeledah dimensi pesisir dan laut misalnya bagi para patorani, para pemancing, pencari rajungan dan kaitannya dengan aspek sosial ekonomi dan ekologinya.

Ketiga, tentang isu-isu pengembangan potensi pertanian dan perkebunan termasuk inkubasi bisnis dan mengidentifikasi jika ada peluang pengembangannya. Ini untuk wilayah di sisi timur Galesong.

Keempat tentang penanganan isu sampah di tengah kota Galesong termasuk di sekitar sungai-sungai.

Ada banyak bukti bahwa sungai-sungai telah menjadi lokasi pembuangan sampah dan mengganggu sirkulasi air buangan, berdampak banjir dan airnya buruk.

Yang kelima adalah perlunya mengangkat isu patorani melalui seminar yang melibatkan akademisi, LSM, media dan Pemerintah Kabupaten Takalar. Perlu tim kerja yang bisa kerjasama dengan Senpaga, Serikat Nelayan Patorani Galesong yang digagas Kasmajaya Daeng Nappa dan pemerhati Galesong lainnya.

“Yang lainnya, adalah perlunya melakukan pelatihan teknik penulisan, kelas dan latihan di lapangan. Dalam waktu dekat kita harus mulai latihan dan menulis isu-isu dimaksud,” katanya.

“Hasilnya kita posting di media-media online. Kalau perlu mulai memikirkan program-program strategis untuk Galesong Raya,” pungkas Kamaruddin yang juga alumni SD dan SMP Negeri 1 Galesong itu menutup lokakarya.