COMMITFOUNDATION – Mereka yang pernah berkenalan, berinteraksi dan belajar praktik konservasi kelautan dan perikanan dari Sudirman, warga Desa Waha, Pulau Wangi-wangi, Wakatobi sedang berduka.
Sosok Sudirman yang selama ini dikenal aktif berjuang mempromosikan konservasi terumbu karang Desa Waha berpulang hari ini.
Sunarwan Asuhadi, fasilitator masyarakat, ASN dan praktisi pemberdayaan masyarakat di Wakatobi menyampaikan kabar itu.
“Innalillahi wa innailahiroji’un. Telah meninggal dunia sahabat, saudara kita, Pak Sudirman (WTC) Waha sekitar pukul 01.00 WITA (Sabtu, 20/06/2020). Semoga Allah SWT mengampuni segala khilaf dan melapangkan kepulangannya, dan bagi keluarga yang ditinggalkan semoga diberikan ketabahan. Allahummagfirlahu.”
“Siang ini sudah dimakamkan pak.” Demkian informasi yang diterima penulis hari ini, Sabtu, 20 Juni 2020.
Bagi sesiapa yang pernah berkunjung ke Wakatobi terutama di area Waha Tourism Community (WTC) – organisasi lokal pengelola kawasan terumbu karang Desa Waha, sosok Sudirman disebut sebagai yang aktif mempromosikan keunggulan terumbu karang setempat.
Dia berpulang karena sakit yang dideritanya.
Meski sempat didera stroke hebat di tahun 2010-an, dia bisa sembuh dan kembali aktif menjalankan WTC, organisasi yang tahun 2000-an awal sudah jadi icon konservasi terumbu karang di Pulau Wangi-wangi, jantung Kabupaten Wakatobi.
Di beranda halaman rumahnya, terhampar areal yang banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun lokal. Pada perjumpaan terakhir penulis dalam bulan Desember 2018, Sudirman bercerita tentang sepasang tamu asing yang menggunakan homestay-nya sebagai penginapan selama beberapa hari.
Sebelum itu, ratusan hingga ribuan orang sudah menikmati keindahan sunset, keindahan terumbu karang, spesies langka seperti kerang raksasa (kima) di rataan terumbu depan rumahnya yang dijaga dan diawasi dengan telaten pria berbadan gempal ini.
Pejabat, baik dari Kementerian seperti KKP, Kemekomaritim hingga anggota DPR-RI datang ke sini untuk menyaksikan daya tarik wisata yang digawangi oleh Sudirman ini.
Awal tahun lalu dikabarkan pula kalau dia pernah mendapat penghargaan dari Kementerian Pariwisata karena kesungguhannya menjaga ekosistem karang dan mengelola ecotourism di Desa Waha. Beberapa kegiatan penyuluhan konservasi atau pelatihan-pelatihan untuk masyarakat sering digelar di WTC.
Tempatnya asik dan bisa dimanfaatkan dengan snorkeling atau menyelam di sela acara pelatihan. Di tempatnya tersedia alat selam dan skin dive bagi pemula. Bank Indonesia disebut salah satu yang mendukung tempat ini untuk diperluas dan dibekali fasilitasi memadai untuk aktivitas wisata.
Pendek kata, Sudirman berhasil memboyong spirit konservasi, kolaborasi dan mempromosikan keunggulan potensi wisata desa. Sudah banyak cerita tentang sepak terjang pria yang mengaku bermasa lalu suram ini karena pernah sering membom ikan.
“Sekarang sudah berhenti, lebih baik fokus menjaga terumbu karang. Ini saja,” katanya pada suatu kesempatan saat penulis menemani seorang peneliti asal Jepang beberapa tahun lalu. Sudirman adalah pria yang optimis, peduli terumbu karang desanya, aktif mempromosikan keindahan bawah laut Wakatobi terutama Waha.
Nur Sangadji, akademisi Universitas Tadulako Palu yang pernah ke Waha dalam tahun 2012 menyampaikan belasungkawa setelah mendengar kabar ini.
“Insya Allah almarhum memperoleh rahmat dari Allah Swt, amin yaa Rabb,” tulisnya.
“Beliau penjaga karang Waha. Saya seringkali ke sana setiap ke Wakatobi. Semoga beliau mendapat tempat sebaik-baik tempat di sisi-Nya,” ungkap Ashar Karateng, direktur Yayasan COMMIT.
“Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Kami turut berduka cita , semoga almarhum husnul khotimah dan keluarga yg ditinggalkan diberi kesabaran dan ketabahan.. aamiin,” tambah Dr Abdul Manan, akademi Universitas Haluoleo, yang juga tokoh masyarakat Bajo Nusantara.
Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Prof Darmawan Salman yang acap tandang ke Wakatobi dan pernah ke WTC menyampaikan belasungkawa.
“Turut berduka cita yang mendalam. Akhir tahun lalu kami sempat diskusi sambil makan malam di tempatnya bersama Shintani san, Pak Meno, dan lainnya. Selamat jalan Pak Sudirman, semoga mendapat tempat terbaik di sisiNya. Aamiin,” tulis tenaga ahli Yayasan COMMIT ini.
Nur Desiati Jalal, Sekretaris Bappeda Wakatobi juga mempunyai kenangan bagus terkait sosok Sudirman.
“Meski tidak terlalu akrab namun sempat beberapa kali bertemu saat ke Waha. Beliau sosok yang ramah, apalagi jika menjelaskan tentang lingkungan dan upaya konservasi terumbu karang Wakatobi. Beliau sangat paham akan hal tersebut,” puji Desi.
Penulis: K. Azis