Kabar Palu: Menghidupkan Harapan dengan Bawang Goreng Ebony

Palu, COMMIT – Bawang goreng sudah lama dikenal sebagai ole-ole khas Palu. Beberapa tempat penyedia suplemen kuliner gurih nan renyah ini sebelum dilanda bencana seperti Toko Hj Mbok Sri di Birobuli Utara, Sri Rejeki, hingga Nirwana di Jalan Diponegoro.

Di laman pasar online Shopee dan Tokopedia, kita bisa menemukan aneka produk ini. Harganya variatif dari 35 ribu hingga 120 ribu. Tergantung ukuran beratnya.

Itu pula yang membuat Relawan Ebony Palu mulai menghidupkan harapan warga Palu dengan memfasilitasi pengembangan mata pencaharian serta pemasarannya. Berikut laporan Aziz Gapnal, kontributor COMMIT dari Palu.

***

Kunjungan saya ke Petamba semakin rutin belakangan ini. Salah satu alasannya karena terkesan interaksi serta kreativitas para pengungsi dari Tanamodindi Palu serta dari Sigi.

Mereka tetap kreatif meski tidurnya di balik kandang kambing seperti yang mereka jalani di Perkampungan Petamba di timur kota. Yang penting mereka merasa aman di Kampung Petamba dibanding rumah mereka di Sigi.

Ebony olahan pengungsi gempa Palu (dok: istimewa)

“Di sini merasa aman, kalau di Sigi seperti tidur di atas air. Di bawah rumah terasa ada ruang kosong,” kata Sunardi alias Olo (30), warga Sigi yang kini bermukim di Petamba.

Selain Olo ada Mama Ari dan suaminya Kamra. Olo sendiri tinggal bersama istri bernama Ana serta 3 orang anak. Mereka dari Petoya, Kecamatan Dolo, Sigi.

Keluarga lainnya Salma (20) yang merupakan anak yatim asal Desa Soulove. Dolo, Sigi.  Yang ketiga Hajrun (32) bersama isteri bernama Zulfiana, berikut anak dua orang yang berasal dari Labuan, Donggala. lalu Ibu Nuriyah, nenek Ari yang buta asal Soulove.

Keluarga-keluarga itulah yang mulai sibuk melakukan kegiatan produktif seperti membuat pupuk organik, bercocok tanam hingga memproduksi bawang merah.

Khusus untuk bawang goreng, ada Mama Ari yang sedia mengambil inisiatif. Dia dibantu keluarga Sigi sebagai produsen bawang goreng merk ‘Ebony’, sesuai nama Relawan Ebony Palu yang selama ini menjadi mitra mereka.

“Kami mulai produksi bawang seberat 5 kilogram saja dulu,” kata Mama Ari.

Linda dan produk Ebony (dok: istimewa)

Beruntung, jaringan REP, produk olahan Mama Ari dan kelompoknya bersambut oleh para relawan yang datang ke Kota Palu dan menjadikannya sebagai buah tangan atau ole-ole.

Salah satu relawan yang ‘digoda’ adalah KerLip atau Keluarga Peduli Pendidikan (Kerlip) Indonesia Timur yang datang ke Palu untuk penanganan psikososial anak.

Dari Ebony mereka membeli 2,5 kilogram bawang goreng ukuran 100 gram perbungkus dan melepasnya dengan harga 25 ribu/bungkus.

“Enak,” kata Nur Linda Daeng Taco, relawan KerLip asal Takalar yang sudah mencoba bawang goreng racikan Mama Ari dan pengungsi dari Sigi.

Di Petamba, keluarga Mama Ari di pondok Kampung Petamba bersukacita. Mama Ari menerima hasil penjualan bersama tim Ebony pagi ini.

“Bersyukur kepada Allah, sudah ada pekerjaan,” ucap Mama Ari saat foto bersama tim Ebony.

Jika demikian, sosodara, tertarik membeli produk Ebony?