Kepala Bappeda, Abdul Halim: SDM Kompeten, Kunci Pembangunan Daerah Konkep

 

LANGARA, COMMIT – Menyebut Sulawesi Tenggara maka tak dapat dilepaskan dari kuartet empat pulau besar Buton, Muna, Kabaena, Wawonii. Wawonii adalah bagian dari Kabupaten Konawe Kepulauan yang beribukota di Langara dan terbentuk wilayah otonom pada 12 April 2013.

Indeks pembangunan manusia Kabupaten Konawe Kepulauan berada pada peringkat 470 seluruh Indonesia dengan skor 62,56 dari 553 kabupaten/kota.

Di usia kabupaten yang telah memasuki 5 tahun, admin COMMIT mewawancarai Kepala Bappeda Konawe Kepulauan, Abdul Halim terkait derap pembangunan dan inspirasi pembangunan daerah di kabupaten berpenduduk tidak kurang 30 ribu jiwa ini.

Halim adalah alumni Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo 1989 serta Magister Agribisnis Unhalu Kendari tahun 2007 dan berpengalaman bekerja di Bappeda Provinsi Sulawesi Tenggara dan sebagai pamong senior di Kabupaten Wakatobi semasa Pemerintahan Ir. Hugua yang fenomenal itu.

Berikut laporannya.

Pandangan umum terkait situasi Konkep saat ini?

Kita masih mengalami banyak keterbatasan seperti kapasitas sumberdaya manusia serta infrastruktur namun secara perlahan mulai menunjukkan perubahan-perubahan signifikan. Perubahan itu di tatakelola dan layanan pemerintahan hingga pembangunan sosial ekonomi.

Ke depan, kita optimis, peluang pengembangan sangat terbuka sebab Konkep dengan ibukota Langara berada di titik strategis Nusantara.

Perairan lautnya dilalui jalur pelayaran kawasan timur dan barat indonesia, berada pada kawasan yang sangat potensial yakni diapit oleh Laut Banda dan Selat Buton yang memiliki potensi sumberdaya keragaman hayati kelautan dan perikanan cukup besar.

Apa saja sektor unggulan Konkep?

Ada empat sektor unggulan, pariwisata, pertanian, perikanan dan perindustrian.

Konkep punya destinasi wisata favorit seperti air terjun Tumburano, Pantai Kampa, Sungai Mosolo hingga Watu Tinapi. Kita perbaiki infrastruktur di Pantai Kampa kemudian dibangun gazebo dan kamar ganti.

Letak Konawe Kepulauan (dok: istimewa)
Letak Konawe Kepulauan (dok: istimewa)

Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kita komit dan fokus pada pengembangan wisata pada tiga titik, Kampa, Tumburano, Watu Tinapi.

Di Tumburano, yang merupakan air terjun indah itu, jalan telah diperbaiki untuk kemudahan akses, menyusul Watu Tinapi.

Potensi perikanan Konkep tak kalah kabupaten lain, baik perikanan tangkap maupun budidaya. Ikan-ikan pelagis seperti cakalang, tongkol hingga tuna kerap ditangkap nelayan setempat meski dengan fasilitas terbatas. Ini kita mau kembangkan juga.

Di bidang pertanian dan perkebunan, Konkep mempunyai komoditi kelapa, kakao, pala serta jambu mete. Untuk perindustrian juga demikian, kita punya banyak potensi terutama di desa-desa pesisir.

Sebenarnya, apa visi misi Pemda, bisa diurai?

Visi pembanguan kita adalah terwujudnya tata peradaban masyarakat Wawonii yang bebas dari belenggu keterbelakangan sosial ekonomi dan sosial budaya pada 2021.

Untuk sampai ke sana, kita memang masih berkutat dengan terbatasnya aksesibilitas dan kemampuan sumberdaya manusia seperti disebutkan sebelumnya.

Program kami merujuk ke misi yang telah disepakati seperti membuka isolasi keterbelakangan dan ketertinggalan desa-desa, penyediaan infrastruktur dasar di bidang ekonomi, prasarana wilayah, pendidikan dan kesehatan.

Dapat disebutkan di sini seperti pembangunan infrastruktur jalan untuk membuka isolasi Pulau Wawonii melalui kegiatan peningkatan kualitas ruas jalan Lingkar Pulau Wawonii sepanjang 115 km.

Misi kedua, membangun satelit pemerintahan dan ekonomi di ibukota pemerintahan, mendorong optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya alam, mendorong gerakan sosial dan kebudayaan serta mendorong pembangunan kawasan wisata.

Kami terus menggenjot pembangunan infrastruktur jalan, listrik,  pemberian beasiswa, workshop atau lokalatih untuk ASN dan masyarakat serta mendorong pembangunan yang terintegrasi.

Wawonii atau Konkep masuk wilayah segi tiga terumbu karang dunia. Tak hanya itu juga mempunyai banyak air terjun serta pantai-pantai menawan.

Pulau ini layak diberi julukan Pulau Seribu Pantai serta Pulau Seribu Air Terjun. Ini yang akan kita terus poles dan dikerjasamakan dengan investor.

Alam kita masih bagus, hutan-hutan yang ada masih bagus, mangrove juga masih rapat dan ada sekitar 70% yang masih terjaga dan akan terus dijaga.

Meski begitu, awal dari kesemuanya ini adalah bahwa strategi pembangunan kita tetap bertumpu ke sumberdaya manusianya, sebab SDM kompeten akan jadi kunci pembangunan Konkep.

Pantai Kampa (dok: Pemkab)
Pantai Kampa (dok: Pemkab)

Terkait SDM, ada terobosan program?

Tidak terlalu spesifik tapi saat ini kita sedang merampungkan Perda tentang integrated mobile planning atau I Am Plan. Untuk mengelaborasi dan merangkul semua pelaku pembangunan daerah dalam bingkai sharing kegiatan dan pembiayaan berbasis fakta dan realitas. Baik dari sisi potensi sumberdaya maupun dari sisi kapasitas.

Kelebihannya antara lain, mampu mempersatukan seluruh potensi ril yang ada, kekurangannya butuh waktu dan anggaran yang banyak

Apa tantangan selama menjadi Kepala Bappeda di Konkep?

Betapa tidak mudahnya mengintegrasikan perencanaan daerah dengan desa atau antara RPJMD dengan RPJMDes, antara RPJMDes dengan RKPDes.

Kita pahami juga bahwa dengan kesepahaman lintas sektor kita bisa benahi satu persatu. Termasuk bagaimana mendorong penguatan kapasitas, melalui lokalatih perencanaan bagi aparat desa dan review atau asistensi RPJMDes.

Maksud saya, bagaimana para pihak ini menyadari bahwa mereka harus terhubung satu sama lain, tidak boleh parsial apalagi mengutamakan programnya sendiri.

Integrasi antara RPJMD dan Renstra OPD berikut dengan RPJMDes merupakan langkah awal kami mengimplementasikan kolaborasi pembangunan daerah. Yang sesuai aturan dan sejalan dengan harapan banyak pihak.

Apa tantangan saat ini yang masih perlu pendekatan khusus?

Saya kira kapasitas atau pengetahuan aparatur daerah di bidang perencanaan, pemantauan implementasi kegiatan dan evaluasi program. Terutama perencanaan kegiatan atau penyusunan program yang berbasis fakta.

Kita terus menerus mendorong para perencana pembangunan untuk membuka ruang kerjasama dengan para pihak terutama masyarakat, Baik pada saat penjajakan kebutuhan masyarakat maupun penyusunan rencana secara bersama-sama.

Bapak dikenal punya pengalaman dengan Proyek-proyek Pemerintah Jepang salah satunya dengan JICA. Ada pelajaran atau nspirasi selama menjadi trainer atau fasilitator JICA-CD Project?

Kalau dengan JICA, kita ada pengalaman bagus dengan Proyek PKPM atau Peningkatan Kapasitas Pemberdayaan Masyarakat lalu dilanjutkan dengajn CD Project.

Inspirasi utamanya adalah pada kreasi atau penyusunan program dan kegiatan yang senantiasa berbasis analisis fakta atau realitas. Baik terhadap sumberdaya maupun realitas yang ada di masyarakat. (*)