PELAKITA.ID – Pria kelahiran Watampone, Bone, Sulawesi Selatan ini adalah mantan ketua Komisi 5 DPR-RI dari tahun 2014-2019. Siapa sangka selama 10 tahun menjadi anggota DPR-RI mengakui hanya berbekal pengalaman sebagai fasilitator masyarakat.
“Sebelumnya adalah fasilitator masyarakat, lalu menjadi wakil masyarakat,” katanya saat memberi testimoni terkait Program Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat (PKPM) yang dibesut Bappenas dan JICA di tahun 2004-2007.
Fary menyebut itu saat mengikuti webiner ‘Community (Meta) Facilitation in The Era of New Habit Adaptation’ yang digelar Yayasan COMMIT dan para alumni PKPM.
Fary Djemy Francis adalah politis Partai Genrindra. “Saya ini orang daerah, tidak punya jaringan apa-apa di Jakarta. Saya di DPR ketua komisi 5, kalau komisi 5 itu, kebanyakan orang mau masuk ke sana, mata air,” katanya.
Dia sebut demikian sebab komisi ini berkaitan dengan pembangunan langsung. “Tetapi saya mau sampaikan begini, 10 tahun saya mendapatkan kesempatan sebagai ketua komisi infrastruktur dan pembangunan daerah dengan menerapkan konsep PKPM,” katanya.
“Selama 5 tahun bisa terus bertahan, yang biasanya setiap tahun paling lama dua tahun diganti, saya 5 tahun. Yang saya lakukan adalah membuat apa yang sudah kita dapatkan di di pelajaran PKPM, datangi masyarat, lihat, analisis bersama,” katanya.
“Di DPR, kami memperjuangkan di Kementerian. Kami sampaikan untuk tidak hanya omong saja, tapi dengan data, informasi yang ada. Dan bersyukur dengan power yang ada dan kemampuan kita menarasikan, banyak program yang kta lakukan,” aku pria yang baru saja dilantik jadi Komisaris Asabri ini.
Dia juga menyebut bagaimana dia berinisiatif bersama Menteri Perhubungan untuk datang ke Wakatobi. “Karena apa, program yang luar biasa, mendukung. Itu yang menjadi pengalamn saya,” ucap Fary yang mengaku terakhir bertemu Wada Nobuaki (penulis buku Meta Fasilitasi) dan Motoryuki Nishida tahun 2016.
Dia menyampaikan pula bahwa saat ini, kita semua melihat bahwa situasi telah berubah, perkembagan berubah, dengan ini, pendekatan kta berbeda.
Tentang kiprah PKPM dan keberlanjutannya Fary mempunyai gagasan. “Kita buat gerakan PKPM, motornya kita-kita ini. Bukan lagi Wada atau Nishida, mereka bisa datang lihat-lihat saja, monitoring saja. dari kita yang kerjakan,” katanya disertai senyum.
Itu yang dia harapkan dari webinar ini. “Ini yang saya ingin dapatkan dar pertemuan kita ini, bagaimana kita memulai tetapi yang lebh penting lagi adalah bagaimana memulai dengan (konsep) PKPM yang sudah dihasilkan selama ini,” ucapnya.
“Tetap jaga kesehatan. Semangat dan dimanapun kita berada, di eksekutif, di yudikatif, di NGO, pendekatan yang sama Wada-san sudah terbuki dan sudah kita lakukan itu. Mari kita ikuti terus perkembangan PKMP jilid II yang dimotori oleh Hugua,” tutupnya.