Sorowako, COMMIT – Setiap istrinya menanak beras organik yang dikirim sahabatnya dari UKM Mutiara Timur, Sorowako, Jumardi Lanta seperti mengulum aroma nan sedap dari magic jar.
“Tak biasa, aromanya saja seperti itu apalagi kalau sudah dikonsumsi. Patut dicoba, masbro,” katanya saat ditanya alasan membeli beras yang dihasilkan oleh kelompok petani di Luwu Timur terutama dari bentang Towuti, Wasuponda, Nuha dan Malili.
Apa yang disampaikan Mardi, begitu ia disapa, dibenarkan Gani, yang juga bekerja di Sorowako. “Khas memang daeng, saat mulai mendidih di rice cooker, jelas sekali aromanya, lembut dan segar,” akunya.
Informasi tentang beras ini penulis peroleh dari keduanya. Beras diperoleh dari padi berlabel SRI Organik yang diproduksi kelompok binaan PT. Vale bersama Yayasan Aliksa Organik.
Keduanya memfasilitasi promosi penanaman SRI Organik ini sejak Januari 2017. Dengan mereka, ada pelatihan pembuatan kompos dan MOL, perbaikan budidaya serta teknik penanaman.
Salah satu desa yang penulis pernah kunjungi dan menanam padi organik adalah Desa Buangin, Kecamatan Towuti. Di sana, luas areal untuk menanam SRI organik seluas 29,1 hektare.
“Beberapa lokasi tanam dapat ditemui di Desa Wasuponda, Ledu-Ledu hingga Parumpanai, Libukan Mandiri,” sebut Adolfina Sambo, pendamping program Pengembangan Kerjasama dan Pemberdayaan Masyarakat Yayasan COMMIT.
Menurut Adolfina, harga yang beredar senilai Rp. 17500 per kilogram. Tergantung lokasi pembelian.
Saat dimintai alasan, mengapa Adolfina tergiur beras organik, dia menyatakan bahwa selain enak, beras organik juga menyehatkan dan tidak cepat basi.
“Nasinya tidak cepat basi walaupun tidak dimasukkan dalam magic-com. Pagi ini saya masak, besok sore saya masih bisa konsumsi,” kata perempuan asal Wasuponda yang mengaku tidak menggunakan pemanas nasi di rumahnya ini.
Apa yang disampaikan Adolfina benar, sebab di tengah ancaman pestisida yang berlebih di tingkat petani umumnya, konsumen nampaknya harus mencari alternatif lain yang lebih sehat dan buat nyaman. Beras organik bisa jadi pilihan.
Demikian pula jika dikaitkan dengan ketersediaan pupuk kimiawi nan mahal dan kerap jadi bancakan mafia itu sehingga petani harusnya bisa lebih enak dengan padi organik.
“Keunggulan padi organik adalah karena mengandalkan bahan alami. Tanpa bahan kimiawi, Mulai dari proses tanam hingga panen,” tegas Mardi yang selama ini telah mendedikasikan dirinya untuk mempromosikan produk khas dari Luwu Timur.
Dia bahkan memasarkan juga beras merah hasil olahan kelompok-kelompok petani dari Luwu Timur di kantornya di bilangan Batua, Makassar.
Menurut Mardi, hingga akhir tahun lalu, sekurangnya sudah ada 9 desa dampingan pemberdayaan PT Vale yang telah membudidayakan padi dengan metode SRI organik. Total luasannya mencapai tidak kurang 80 hektar dan melibatkan hampir 200 petani.
Inisiatif ini dimulai sejak awal tahun 2015 melalui Program Pertanian Ramah Sehat Lingkungan Berkelanjutan (PRSLB) yang merupakan bagian dari program sosial PT Vale atau yang lebih dikenal dengan Program Terpadu Pemberdayaan Masyarakat (PTPM).
Begitulah.
Cobalah, jika berminat, bisa hubungi Jumardi Lanta dan Abd. Gani, di Kantor COMMIT Batu, Kota Makassar atau Kantor UKM Mutiara Timur di Kota Sorowako seperti di link di paragraf pertama postingan ini. OK?
__
Ditulis oleh Kamaruddin Azis (Sekretaris Eksekutif COMMIT) dapat dihubungi melalui email daeng.nuntung@gmail.com.