PT Vale dan COMMIT Foundation gelar FGD dan pelatihan penanganan sampah di Desa Sorowako

COMMIT – Persampahan menjadi isu klasik di Indonesia. Dia menjadi persoalan sekaligus tantangan yang perlu diselesaikan secara bersama. Sampah menjadi momok mulai dari tingkat RT, RW, kecamatan, kabupaten hingga pusat.

PT Vale Indonesia Tbk melaporkan bahwa di Desa Sorowako, selama ini produk sampah yang terdiri dari sampah organik yang dihasilkan sebesar total rata rata  2.730,3 kg per bulan, sedangkan sampah campuran 1.833 kg per bulan.

“Sampah tersebut sebagian tersebar di Danau Matano yang dikenal sebagai danau tektonik dan memiliki nilai historis, sekaligus berada di lingkungan wilayah Pemberdayaan PT.Vale Indonesia Tbk,” jelas Aswaddin Kamto, dari Social Development Program. External Departemen PT. Vale Indonesia Tbk.

Menurutnya, berbagai upaya telah dilakukan oleh semua pihak seperti pemerintah bersama masyarakat melalui inovasi Bank Sampah yang mengajak pemerintah desa atau kelurahan dan masyarakat untuk mengubah mindset dari sampah yang sifatnya mengotori menjadi sampah bernilai ekonomi maupun dimensi ekologi.

Aswaddin Kamtp dari departemen external relation PT Vale saat memberi tanggapan atas pelaksanaan pelatihan daring persampahan ini (dok: istimewa)

Oleh karena itu, lanjut Aswaddin, PT. Vale yang bergerak pada industri yang bersentuhan langsung dengan pemanfaatan sumberdaya alam menjadikan kinerja lingkungan sebagai fokus penting bagi perusahaan dalam menjalankan bisnis dan operasionalnya termasuk dalam menangani isu sampah ini.

“Evaluasi kinerja lingkungan PT Vale dilakukan berbagai pihak, termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER). Program PROPER menjadi salah satu program unggulan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang dikembangkan sejak 2002,” jelas Aswaddin.

“PT. Vale ikut ambil bagian dalam penilaian PROPER Hijau adalah untuk melakukan perbaikan kinerja lingkungan secara terus menerus. Dalam menjalankan bisnisnya,” tambahnya.

Dia menegaskan, PT Vale tidak hanya patuh terhadap regulasi dunia pertambangan mineral, lingkungan dan kehutanan namun juga menjalankan prinsip-prinsip bisnis berkelanjutan dalam aspek sosial dan ekonomi.

“PT Vale juga berupaya mendukung target pemerintah dalam pencapaian Sustainable Development Goals yang sejalan dengan target perusahaan,” lanjutnya.

Update pengalaman dengan FGD dan training

Relevan dengan itu, COMMIT Foundation yang selama ini bermitra dengan PT Vale Indonesia Tbk menggelar FGD bertema “Selamatkan Sorowako dari Sampah”.

“Ini kita kemas dengan serial FGD dan training persampahan, untuk menjadi wadah berbagi update pengetahuan, keterampilan, pengalaman oleh semua pihak dalam upaya mengatasi isu persampahan di Sorowako,’ Jumardi Lanta, program manager COMMIT Foundation.

“Harapan kita, pada skala yang lebih kecil, kita ingin mulai dari mengubah minset sampah sebagai kotoran menjadi sampah sebagai sumberdaya,” imbuhnya.

Suasana di lokasi pelatihan daring persampahan di Desa Sorowako (dok: istimewa)

Menurut Jumardi, hal ini dilakukan sebagai langkah keberlanjutan dari upaya-upaya yang dialkukan sebelumnya semua pihak untuk mengambil bagian dalam peningkatan kesejaheraan masyarakat sekaligus kualitas lingkungan secara berkelanjutan.

“Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, minimal pada Desa Sorowako tentang urgensi pengelolaan sampah  terhadap peningkatan ekonomi dan kualitas lingkungan. Meningkatnya pemahaman tentang pentingnya sampah untuk dikelola,” katanya.

Dia juga berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesepemahaman bersama terhadap pentingnya peran para pihak (pemerintah, masyarakat dan perusahaan ) terhadap optimalisasi pengelolaan sampah secara berkelanjutan.

Serial training persampahan telah dilaksankaan secara berseri selama dua hari yaitu pada tanggal 5 dan 6 September 2020.

“Pada seri 1, tema FGD-nya, Selamatkan Sorowako dari Sampah lalu Seri 2 Training bagi Komunias Pemulung dengan Tema “Pemulung Naik Kelas”. Beberapa peserta hadir di ruang pertemuan live di Desa Sorowako dan dihadiri oleh Kepala Desa Jihadin Peruge dan warga desanya,” lanjut Jumardi.

 “Harapan kita, setelah dua acara ini langkah selanjutnya akan disesuaikan kebutuhan kelompok komunitas baik Pengelola Pasar, Ibu Rumah Tangga maupun pemulung yang akan didampingi,” imbuhnya.

Pada serial training seri 1 diawali dengan opening speech  oleh PT. Vale, kemudian dilanjutkan pemaparan Kepada BKSDA tentang kebijakan BKSDA terhadap konservasi Sumber Daya Alam di Blok Sorowako, oleh Ir. Thomas Nifinluri, M.Sc., Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Sulawesi Selatan

Sesi selanjutnya adalah paparan Kebijakan Pemerintah Desa Sorowako Jihadin Peruge terhadap Tata kelola Sampah secara berkelanjutan.

Lalu dilanjutkan oleh praktisi persampahan, Marlon Kamagi, dari ICELLS Manado tentang Inovasi pengelolaan sampah melalui Bank Sampah terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, pengalaman ICELLS.

“Hari ini kita baru saja menyelesaikan Serial Tranining seri 2, dengan menghadirkan Direktur Bank Sampah Induk/ Kasi Pengelolaan Limbah B3 DLH Kabupaten Luwu Timur Abshar Abdurrazak  yang memaparkan peran Bank sampah terhadap upaya peningkatan kualitas ekonomi dan lingkungan masyarakat Kabupaten Luwu Timur,” sebut Jumardi.

“Lalu dilanjutkan pemaparan pengalaman pendampingan pemulung dan success story (cerita sukses)  beberapa pemulung yang naik kelas oleh Makmur Payabo, aktivis pendamping pemulung dan anak sekaligus Direktur YAPTAU Makassar,” tambahnya.

“Khusus untuk Desa Sorowako, ada tidak kurang 15 orang pemulung yang dihadirkan plus pengelola pasar sebanyak 5 orang,” tutup Jumardi.