Cerita Jamaluddin dan PKPM, dari Satu Kotak Menjadi 25 Kotak Madu Trigona

COMMIT – Jamaluddin, warga Desa Parumpanai mengungkapkan rasa bahagianya setelah mengikuti Pelatihan Penguatan Kapasitas Petani Madu. Kegiatan ini merupakan bagian dari skema program Pengembangan Kawasan dan Pemberdayaan Masyarakat (PKPM) dan terlaksana pada 13-14 Februari 2019 di kantor Desa Parumpanai.

Jamaluddin bangga dapat menindaklanjuti hasil pelatihan meski hanya bermula dari satu kotak budidaya Madu Trigona. Apa yang ditempuhnya tidak bisa dilepaskan dari kondisi Luwu Timur yang mempunyai hamparan hutan nan luas – surga bagi lebah dan spesies ekonomis lainnya.

Dari hutan tersebut, tak hanya menghasilkan kayu tetapi juga madu. Madu yang berguna untuk kesehatan dan daya tahan fisik di tengah Pandemi Covid-19, karenanya, madu selalu jadi incaran warga untuk dikonsumsi dan dikomersilkan.

Salah satu madu yang banyak diminati saat ini adalah Madu Trigona. Madu trigona ialah madu yang dihasilkan spesies lebah tak bersengat (Trigona sp).

Trigona lebih dikenal sebagai lebah penghasil propolis yang memiliki ukuran tubuh ebih kecil dari spesies lebah apis atau tawon). Budidaya madu jenis ini telah dicoba dikembangkan di Luwu Timur, di wilayah kawasan peternakan dan pengolahan hasil hutan non-kayu yang merupakan salah satu domain fasilitasi PKPM.

Terdapat da tiga desa yang mempunyai potensi untuk mengembangkan madu jenis itu. Ketiganya masuk dalam Kawasan Peternakan dan Pengolahan Hasil Hutan non-Kayu, yaitu Desa Matano, Desa Parumpnai dan Desa Kawata .

Suasana pelatihan budidaya madu trigona (dok: Tim PKPM)

“Itu pula alasan mengapa pada musyawarah antar Desa Prioritas usulan tahun 2018, masyarakat mengusulkan agar dilakukan pelatihan budidaya Madu Trigona,” kata Adolfina Sambo, fasilitator program PKPM Luwu Timur untuk Kecamatan Wasuponda kepada admin COMMIT, (30/04/2020).

Menurut Adolfina, saat itu ada 30 orang calon petani madu dari  tiga desa yang disebutkan di atas. Mereka mengikuti pelatihan selama dua hari, tanggal 13 dan 14 Februari 2019 di Desa Parumpanai.

Menurut perempuan yang biasa disapa Adol ini, anggaran pelatihan berasal dari program PKPM PT Vale tahun 2018 sebesar Rp 23,5 juta.

“Saat itu sebagai narasumber adalah Abdul Samad Suhaeb. Koordinator penyuluh dari Dinas Kehutanan kabupaten Luwu Timur serta M.Nasir, petani Madu Trigona dari Kecamatan Burau yang sudah berhasil mengembangkan usaha ini,” jelas Adol.

Pada pelatihan itu, peserta diajarkan apa saja manfaat yang didapatkan melalui budidaya madu, bagaimana cara membuat kotak wadah lebah serta cara mencari koloni dan bagaimana rencana tindak lanjut setelah selesainya pelatihan.

Suasana ketika pelaksanaan monitoring PKPM di Wasuponda dengan berkunjung ke lokasi budidaya madu trigona (dok: Tim PKPM)

Setelah pelatihan, setelah peserta kembali ke lokasi masing-masing, telah diadakan monitoring kegiatan baik oleh BKAD, Tim Koordinasi Kabupaten serta tim COMMIT. Yang didapatkan adalah dari kegiatan dari 30 peserta yang mengikuti pelatihan, ada 5 orang yang siap untuk mengembangkan budidaya madu trigona.

“Yang lain masih bingung dalam mendapatkan koloni dari mana namun ada pula yang memang sampai saat ini tidak membuat kotak dengan alasan tidak memiliki dana,” jelas Adol.

Dia menceritakan bahwa di antara kelima yang sudah siap itu, ada salah satu petani yang begitu antusias mengembangkan budidaya Madu Trigona. Dia Jamaluddin dari Desa Parumpanai.

“Saat pelatihan, saya membawa pulang salah satu ‘setup’ atau kotak yang berisi koloni. Saya penasaran lalu mencoba memindahkan bibit lebah yang ada ke setup yang telah dibuatnya seperti yang telah diajarkan dalam pelatihan,”  kata Jamaluddin seperti disampaikan Adolfina.

“Awalnya hanya satu, lalu dua hingga akhirnya sekarang sudah ada 25  kotak yang semuanya berisi lebah yang siap untuk menghasilkan madu,” kata Jamaluddin bangga.

Ketika dijumpai saat kegiatan Monev kegiatan PKPM, Jamaluddin mengakui bahwa baru kegiatan ini yang masuk di akalnya. “Karena itu, saya serius melakukannya,” ucapnya.

“Saya sudah panen madu beberapa kali meskipun hasilnya baru sedikit. Namun saya bersyukur bahwa dari hasil penjualan madunya bisa membantu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” katanya.

Ia juga mengakui bahwa pekerjaan ini ia senangi karena tidak menyita banyak waktu. Bisa dilakoni sambil berkebun.

“Sudah banyak yang memesan madu kepada saya, belum semua dapat dipenuhi. Harapannya ke depan perlu dukungan permodalan. Bukan hanya saya tetapi juga untuk warga lain, untuk rekan-rekan yang lain di desa program,” sebut Jamaluddin. (*)