COMMIT – Subuh masih gelap, kami sudah bergerak. Arahnya ke bahagian selatan daratan Banggai Pulau. Kondisi infrastruktur jalannya sedikit bagus. Namun, banyak yang kurang bagus. Di sana, danau hitam itu terletak. Orang Banggai menyebutnya Paisupok. Ya, itu tadi maknanya. Danau Hitam.
Warna hitam ini terlihat dari kejauhan. Tapi saat mendekat, warna kebiruan mencuat. Jernih barkaca. Tertatap hingga ke dasar danau. Kita tidak butuh perahu bekaca (katamaran) untuk menikmati biota danau berupa ikan air tawar yang berenang di sela pepohonan.
Danau yang luasan nya hanya sekitar 1, 2 hektar ini, memiliki kedalaman bervariasi. Ada yang cuma 3 sampai empat meter. Ada juga yang mencapai lebih kurang 10 meteran. Ketinggian permukaan airnya sedikit dipengaruhi pasang surutnya air laut.
Karena itu pula, sesekali ada rasa campuran tawar asin bila dicicipi. Begitulah, tutur singkat dari Jems. Anak muda yang mengatur pemakaian perahu di danau ini.
Lokasi danau berjarak sekitar 80-an kilo komentar dari Salakan. Ibu kota kabupaten Banggai Kepulauan. Kita butuh waktu 3 jam perjalanan darat dengan kenderaan bermotor. Tapi Irwan Lakani, ketua prodi Agroteknologi Fakultas pertanian Universitas Tadulako yang bertindak sebagai sopir, mengenderainya hanya dalam waktu 2 jam 15 menit. Nikmat dan kuatir menyatu. Berpadu membentuk cerita.
Pada jarak waktu perjalanan itu, kami butuh sekitar sembilan kali berhenti untuk memastikan arah. Itu, karena banyak sekali jalan bercabang yang tidak punya tanda petunjuk arah. Minimal menunjuk ke kawasan danau sebagai tempat destinasi wisata.
Penasaran bercampur keluhan dan rasa ingin tahu berpacu berganti ganti. Tibalah kami di kecamatan Bulagi. Sedikit lega. Sebab, di kecamatan inilah danau ini terletak. Ternyata, dari sinipun masih lumayan jauh. Ke arah utara di desa Luk Panenteng. Nanti, ketika mamasuki gerbang danau dan tertatap jernihnya air, baharu kepuasan muncul seketika. Seolah terbayar semua keluh kesah perjalanan. Nikmat memandang. Nikmat mengarungi. Nikmat bercelup di air yang dingin dan segar. Menghapus semua kepenatan.
Tuntas dan puaslah sudah agenda mendatangi danau hitam ini. Dalam perjalanan pulang, saya merenung. Danaunya, punya daya tarik berkelas dunia. Tapi, untuk balik lagi ke sana saya masih harus berpikir ulang. Jawaban tentang mengapa ? Ada di uraian terdahulu.
Maka, tugas pemerintah Banggai kepulauan adalah membuat orang tertarik datang. Dan, masih mau datang kembali. Itulah yang saya bilang pada Uji Publik Satu, penyusunan revisi RTRW Kabupaten Banggai kepulauan di aula kantor Bupati, sesaat, setelah pulang dari Danau Puasipok ini.
Kita, memang telah lama mengenal laut merah di timur tengah. Juga, gunung biru di Sydney Australia. Atau, gunung putih, salju abadi (mount blank) di Perancis. Semuanya berlevel mondial.
Akan tetapi, bagiku, danau hitam ini punya keunikan tersendiri. Dia adalah satu identitas Kabupaten Banggai kepulauan. Dengan begitu, layak disebut Icon. Artinya, kita belum bisa menyebut, pernah datang ke pulau ini, kalau belum pergi ke danau hitam. Danau Paisupok.
Penulis: M. Nur Sangadji (dosen Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, pendiri COMMIT Foundation)