COMMIT – Ir Abdul Halim, M.Si, mantan Kepala Bappeda Konawe Kepulauan (Konkep) didapuk menjadi salah satu narasumber pada webinar pesisir dan pulau-pulau Sulawesi Tenggara yang digelar Yayasan COMMIT dan Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (ISKINDO) Sultra, 3 Juli 2020.
Sosok yang disebut punya latar belakang lengkap, sebagai pekerja LSM, perencana Bappeda Provinsi Sultra, sekretaris Bappeda Wakatobi dan Kepala Bappeda Konkep ini mempunyai bentang cakrawala luas pada situasi lapangan, konsep dan praktik perencanaan pembangunan daerah.
“Tidak mudah mengintegrasikan perencanaan daerah dengan desa, atau antara dokumen RPJMD dengan RPJMDes, antara RPJMDes dengan RKPDes termasuk yang berkaitan pesisir dan laut. Bagaimana membangun kesepakatan lintas institusi,” sebutnya saat dimoderatori Kamaruddin Azis, dari DPP ISKINDO serta dihadiri peserta tidak kurang 50 orang ini.
Menurutnya, diperlukan level atau kapasitas berbeda dalam mengelola pesisir dan laut Sultra termasuk bagaimana sinkron antara rencana kabupaten-kota dan dengan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Sultra atau RZWP3K yang sudah ditetapkan oleh Pemprov Sultra dalam tahun 2018.
“Bagaimana para pihak menyadari bahwa mereka harus terhubung satu sama lain saat membangun daerah, pesisir dan lautnya,” tuturnya.
Potret Konkep
Abdul Halim memaparkan potensi kampung halamannya dengan menyebut bahwa Konawe Kepulauan mempunyai penduduk tidak kurang 30 ribu jiwa dan merupakan salah satu pilar Sultra bersama tiga pulau utama lainnya yaitu Buton, Muna dan Kabaena.
“Kabupaten Konawe Kepulauan beribukota Langara, terbentuk wilayah otonom 12 April 2013 dan mempunyai IPM 470 dari 553 kab-kota atau 62,56. Meski luas hanya 856 km persegi tetapi mempunyai 23 daerah aliran sungai. Ini yang membedakan,” ucap Halim bangga.
Dia juga menyebut bahwa tipikal pulau Wawonii setara dengan pulau-pulau unik seperti Pulau Netrani di India, Pulau Makepeace di Australia, Pulau Petra Amerika Serikat dan Pulau Tavarua Fiji.
“Pulau Wawonii bentuknya seperti pulau cinta, Wawoni adalah the Great Eco-Island,’ katanya.
Meski demikian, dia mengakui bahwa kondisi sumber daya Konkep maupun sumber daya manusianya masih perlu dukungan pengembangan termasuk bagaimana mendorong Pulau Wawonii sebagai destinasi wisata unggulan nasional.
“Kapasitas atau kemampuan sumberdaya manusia masih terbatas, infrastruktur belum lengkap, karena kabupaten baru. Di sisi lain, ibukota Langara berada di titik strategis Nusantara sementara perairan lautnya dilalui jalur pelayaran kawasan timur dan barat indonesia. Diapit oleh Laut Banda dan Selat Buton yang kaya sumber daya pesisir dan laut. Ekosistem karang, mangrove dan laut masih bisa diandalkan,” paparnya.
Berkaitan dengan pembacaan dan pendalamannya atas realitas Konawe Kepulauan tersebut dia menyebut bahwa potensi utama pembangunan Konkep adalah pada sektor pariwisata, pertanian, perikanan dan perindustrian.
“Kita ada destinasi wisata favorit seperti air terjun Tumburano, Pantai Kampa, Sungai Mosolo hingga Watu Tinapi. Di dokumen perencanaan kita berkontribusi dengan memberi penekanan pada pengembangan wisata di tiga titik yaitu Kampa, Tumburano, Watu Tinapi,” katanya.
“Untuk potensi perikanan, kita ada potensi perikanan tangkap maupun budidaya. Ada potensi ikan-ikan pelagis seperti cakalang, tongkol hingga tuna yang kerap ditangkap nelayan setempat meski dengan fasilitas terbatas,” ungkapnya.
Sebagai putra daerah, dalam presentasinya, Abdul Halim berharap bahwa Kabupaten Konawe Kepulauan seharusnya dapat menjadi salah satu pilar masa depan Sultra terutama pada pengembangan potensi sumber daya kelautan, perikanan dan pariwisata.
“Oleh sebab itu, ke depan, pemimpin Konkep harus serius membuka isolasi keterbelakangan desa-desa. Membangun infrastruktur dasar untuk ekonomi, prasarana wilayah, pendidikan dan kesehatan. Mari buka keterisolan Pulau Wawonii. Mari bangun pemerintahan yang berwibawa, peduli keberlanjutan dan daya dukung kawasan pesisir dan laut,” kata pria yang disebut-sebut akan maju sebagai Calon Bupati Konkep 2020-2025 ini.
“Manfaatkan pesisir dan laut berbasis masyarakat, secara kolaboratif dan memberdayakan. Mari dorong gerakan sosial dan kebudayaan sebagai ciri khas Konkep,” ajaknya.
Perlu kapasitas
Terkait pembangunan potensi pesisir dan pulau-pulau, Abdul Halim mengutarakan bahwa pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan membutuhkan kapasitas dalam memahami unsur-unsur pembangunan daerah, sumber daya tersedia, norma dan institusi di daerahnya.
“Kenapa? Sebab ini merupakan basis dalam menyusun rencana yang baik. Inilah kunci kesuksesan pembangunan daerah. Tanpa itu visi hanya akan jadi absurd atau tidak akan tercapai. Dia harus punya kapasitas pada pengendalian perencanaan, pemantauan implementasi kegiatan dan evaluasi program pesisir dan laut,” sebutnya.
“Perlu ketangguhan dalam mendorong para perencana pembangunan, pihak swasta dan fasilitator pembangunan untuk bersama membuka ruang kerjasama membangun pesisir dan pulau-pulau Konawe Kepulauan,” kunci Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari ini.