Menjadikan Kawasan Mahalona sebagai Lumbung Beras Baru

Sorowako, COMMIT – Kawasan Mahalona adalah kawasan di sekitar Danau Towuti dan Mahalona, Luwu Timur yang disebut memiliki lahan sawah seluas 14, 774 hektar. Sayangnya, selama ini, produksi terkendala oleh terbatasnya debit air, kelangkaan pupuk hingga ketersediaan bibit unggul.

Hal tersebut mengemuka pada musyawarah antar desa terkait penunjukan anggota Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) dan rekonfirmasi program dan kegiatan-kegiatan di ruang kantor Desa Libukan Mandiri, 15/11.

Pertemuan ini adalah bagian dari serangkaian inisiatif tim Koordinasi PKPM Luwu Timur, tim Sekretariat, dalam mendorong lahirnya Badan Kerjasama Antar Desa sebagai bagian dari Program Pengembangan Kawasan dan Pemberdayaan Masyarakat (PKPM). BKAD dan PKPM adalah amanat UU Desa.

Lima perwakilan desa yang hadir pada pertemuan tersebut adalah Kalosi, Tole, Mahalona, Libukan Mandiri dan Buangin. Terlihat Kepala Desa Libukan Mandiri, Tole dan Mahalo, sementara desa lainnya mewakilkan ke aparat desa atau warganya.

Pertemuan dipimpin Denny Patandung, ketua Sekretariat Tim Koordinasi Towuti. Proses berlangsung konstruktif dan berhasil memilih pengurus dan anggota BKAD serta kesepakatan bersama pada jenis kegiatan untuk Program Pengembangan Kawasan Pertaian Terpadu yang merangkul kelima desa terdekat.

Nama-nama anggota BKAD-PKPM telah disepakati terdiri dari Marlang, Muhammad Akbar, Sunarto, Rofik Abdul Azis dan Ramli. Yang terpilih secara aklamasi sebagai ketua adalah Muhammad Akbar dari Desa Libukan Mandiri, Ramli sebagai sekretaris serta Sunarto sebagai bendahara.

Peserta pertemuan di Libukan Mandiri (dok: K. Azis)
Peserta pertemuan di Libukan Mandiri (dok: K. Azis)

Harapan bersama itu dikemas ke dalam Program Pengembangan Kawasan Pertanian Terpadu di naung Program Pengembangan Kawasan dan Pemberdayaan Masyarakat (PKPM) dari kawasan Towuti.

“Saya ulangi, beberapa usulan yang terkait dengan program itu, di antaranya usulan pembangunan sarana penjemuran gabah, kios tani, sarana air bersih, pembangunan drainase, pengadaan hand traktor, mesin perontok padi atau dross,” urai Denny.

“Yang kedua berkaitan pengadaan bibit dan pupuk, penguatan kapasitas petani dan kelembagaan, bimtek pengurus, pembentukan Bundesma termasuk pemberian modal usaha. Semoga ini terealisasi bisa secara bertahap, sesuai prioritas,” tambahnya.

“Harapan kita, Beras ‘Lampesue’ akan kembali ke permukaan. Beras dari Kawasan Mahalona menjadi harapan kita, akan menjadi lumbung padi yang baru di Luwu Timur,” kunci Denny bersemangat.

Perlu dukungan banyak pihak

Syahril T, Kepala Desa Libukan Mandiri yang ditemui COMMIT mengaku optimis dengan usulan program ini.

“Khusus di desa kami ada 500 lebih hektare sawah. Akan menjadi 700 hektare jika program Prona pembukaan sawah baru terealisasi tahun depan,” katanya mantap.

“Saya optimis, Mahalona bisa didorong sebagai kawasan pertanian terpadu. Selama ini memang ada produksi padi tapi belum besar. Persoalan kita, masih banyak lahan yang belum produktif,” ungkapnya.

Suasana pertemuan (dok: K. Azis)
Suasana pertemuan (dok: K. Azis)

Menurut Syahril, sawah-sawah di Libukan Mandiri dialiri air dari Sungai Lamonto tapi debitnya terbatas.

“Kalau kita mau swasembada sementara lahan masih kurang saya kira tidak tepat juga.  Semoga PKPM ini bisa menjadi solusi dan di sisi lain ada bantuan Pemerintah Pusat melalui Prona cetak sawah itu,” imbuh Kades yang telah menjabat 4 tahun ini.

Desa Libukan berpenduduk 1425 jiwa, warganya sebagian besar petani.Di mata Syahril, belum ada model usaha pertanian padi yang lengkap dari sisi model usaha di sekitar Libukan Mandiri atau Kawasan Mahalona.

“Kualitas beras masih rendah, petani bebas menjual dan lebih banyak diamnya dalam setahun. Masih terbatas kemampuannya,” imbuhnya.

“Kalau luas sawah ditambah, kebutuhan petani seperti bibit, pupuk, pengeringan terpadu dipenuhi, pasti akan bagus seperti yang diusulkan di program PKPM ini,” pungkas Syahril. (KAS)