Bupati Pohuwato Sukses Beri Insentif dan Asuransi ke Pemanjat Kelapa

Pohuwato, COMMIT – Bupati Pohuwato, Syarif Mbuinga, SE, MM, tahu persis bahwa profesi pemanjat kelapa di daerahnya sungguh berisiko namun juga mulia. Mulia karena untuk mendapatkan rezeki halal mereka harus berjuang di ketinggian, nyawa taruhannya. Bagi Syarif, mereka adalah pilar ekonomi Pohuwato yang harus diberi perhatian lebih.

***

Berdasarkan data BPS Kabupaten Pohuwato produksi kelapa tahun 2016 sebesar 28.760 ton tahun 2017 naik menjadi 29.183 ton. Produksi kelapa terus bertahan bahkan naik karena tanaman ini bisa ditumpangsari dengan komoditi jagung, kakao, dan lain sebagainya.

Nah, untuk mengambil kelapa ini yang butuh keahlian dan keberanian khusus.

“Mereka pertaruhkan hidupnya demi keberlangsungan kehidupan keluarganya,” kata Bupati Syarif pada beberapa kesempatan. Karena itu pula, Syarief memberikan intervensi untuk kenyamanan bekerja, kebutuhan hidup dan masa depan mereka.

Bupati bulat tekad memberikan insentif bagi para pemanjat kepala.

“Ini kebijakan sejak tahun lalu dan telah berdampak. Karena pada saat yang sama, maun di periode berikutnya, dapat dilihat dari kecenderungan menurunnya angka kemiskinan. Keparahan kemiskinan dan juga kedalaman kemiskinan telah ditekan,” kata Bupati  saat memberikan arahan kepada jajaran OPD.

Gagasan Bupati Pohuwato di Provinsi Gorontalo dua periode terhadap pemanjat kelapa ini bermula ketika menggelar rapat dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) pada Bulan November 2017.

“Saya ingat persis, kegiatannya di Kantor Badan Keuangan Daerah,” kata Irfan Saleh, Kepala Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pohuwato kepada COMMIT.

“Yang hadir saat itu selaku Tim Anggaran adalah Sekda Pohuwato, Kepala Badan Keuangan, Kepala Bappeda, Inspektur, Para asisten, Kabid anggaran serta kabag ULP,” lanjut Irfan.

Menurutnya, apa yang disampaikan Bupati tersebut diilhami hasil kunjungan ke beberapa wilayah kecamatan.

“Sangat intensif, baik secara formal maupun infromal. Begitu intensnya sehingga seluruh permasalahan wilayah tuntas beliau kuasai. Termasuk melihat dan mengamati langsung profesi pemanjat kelapa dan menawarkan program inovatif,” jelas Irfan.

“Beliau meyakini profesi ini pasti masuk dalam Basis Data Terpadu (BDT) yakni 40 persen Rumah Tangga Sasaran terendah yang menjadi sasaran program penanggulan kemiskinan, sehingga diperintah kepada Kepala Dinas sosial untuk memformulasi implemtasi dari kebijakan tersebut,” jelas Irfan.

Risiko si pemanjat kelapa (dok: istimewa)

Seperti apa?

Irfan yang diperoleh Irfan menunjukkan bahwa setelah satu tahun program ini jalan dan saat mengundang Kepala Dinas Sosial Bapak Drs. Ahmad Djuuna untuk berkoordinasi di Kantor Baperlitbang, Kadis Sosial menjelaskan bahwa untuk tahun 2018 jumlah sasaran pemanjat kelapa yang telah disentuh bantuan Pemerintah sebanyak 683 orang.

Setiap orang dapat biaya asuransi sebesar 50,000 per tahun. Jika meninggal saat melaksanakan profesinya maka akan mendapatkan klaim sebesar Rp, 19.500.000, jika cacat mendapatkan Rp. 5.000.000,” jelas Irfan.

Selain itu mereka mendapatkan tunjangan hidup selama satu tahun sebesar 950.000,” tambah Irfan.

Menurut Irfan, inilah bentuk nyata intervensi Pemeritah yang digagas murni oleh Bupati Pohuwato dan disambut dengan gembira.

“Senang bahkan haru oleh para pemanjat kelapa. Mereka tidak menduga akan ada bantuan seperti ini dari Pemerintah. Bupati berkomitmen untuk terus melanjutkan program yang sangat pro-poor ini,” tegas Irfan.

Apa yang disampaikan Irfan Saleh dan kebijakan Bupati Syarif Mbuinga merupakan inspirasi bagi kita semua tentang perlunya memberikan perhatian pada kelompok-kelompok pelaku ekonomi terutama yang selama ini bisa jadi dipandang sebelah mata.

Kebijakan Bupati tersebut sungguh tepat sebab Pohuwato memang dikenal sebagai daerah  hamparan kebun kelapa.

Sejak dulu mata pencaharian masyarakat di tempat ini adalah berkebun kelapa dan menyebar di 13 kecamatan.

Kalau anda berkunjung ke Provinsi Gorontalo, khususnya Kabupaten Pohuwato sangat jarang lahan kebun kelapa yang tidak ditanami, sebagian besar masyarakat menanam jagung di bawahnya,” pungkas Irfan yang merupakan sarjana Pertanian dari Universitas Muslim Indonesia Makassar ini.

___

editor: Kamaruddin Azis