Bukit Agro Tabarano, Oase Wisata di Luwu Timur

Kamaruddin Azis, sekretaris eksekutif COMMIT melakukan perjalanan ke Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Kepada pembaca sekalian, dia berbagi cerita dan inspirasi tentang lokasi wisata bernama Bukit Agro Tabarano. Berikut laporannya.

***

Kusmirah Sari (29) menyuguhkan dua gelas kopi susu. Dia sigap, tak lama setelah kami tiba. Saya segera duduk dan membuka laptop di sayap lokasi Wisata Agro Tobarano. Angin sejuk berhembus dari sisi barat, dari bahu Pegunungan Verbeek, Luwu Timur.

Irah, begitu ia dipanggil, bercerita kalau pengunjung kian ramai dari bulan ke bulan.

“Sepuluh ribu,” ucap Kusmirah ketika dua orang perempuan muda asal Kota Malili datang mendekat.

Wiwi Mustakim (23), salah seorang pengunjung mengaku sudah lama tahu lokasi ini dari cerita keluarga dan baru sempat datang. Wiwi dan temannya Mega Mustika hanya perlu membayar 10 ribu untuk menikmati fasilitas wisata bernuansa pemandangan bukit ini. Tidak lama setelah membayar keduanya beraksi dengan gadget di tangan.

“Mereka suka pemandangan, senang berfoto. Di rangkaian lampu gantung terutama jelang malam,” kata Kusmirah alias Irah yang mengaku telah bekerja selama 8 bulan di situ sembari menunjuk lokasi dimaksud.

Mengurusi lokasi wisata itu, Irah tak sendiri. Ada Sumriani (35) warga Wasuponda yang bertugas di dapur dan Weni, asal Wawondula yang bertugas mengantar pesanan jika ada tetamu yang datang. Weni bertanggungjawab juga memeriksa fasilitas di lokasi wisata seluas tidak kurang 2 hektar itu.

Sebelumnya, menurut Irah, pengunjung bisa menginap di dalam rumah dengan membayar Rp. 500 ribu permalam tetapi belakangan ini dibatasi dan hanya boleh menginap di luar atau di halaman dengan membawa tenda.

“Jadi memang disiapkan juga untuk pengunjung yang menikmati suasana perbukitan,” kata Irah. Di ingatannya, dalam seminggu ini pengunjung mencapai 50 orang.

“Tergantung cuaca juga pak,” kata Weni. Semisal, pada hari Selasa kemarin, 31/7, hanya ada sepasang pengunjung dari Wasuponda karena hujan. Mereka membeli minuman instan dan snack kentang goreng. Hari Sabtu dan Minggu adalah hari-hari ramai bisa sampai 20 hingga 30 orang perhari.

Dalam beberapa menit kemudian, Irah menyambut seorang pria berkulit putih yang datang bersama istri dan dua anaknya. Pria tersebut mengaku berasal dari Swiss dan sedang liburan bersama keluarga. Dia datang dari Sorowako.

Selain mereka, datang juga sepasang suami istri dan dua anak kecilnya. Sang anak segera berlari begitu melihat ayun-ayunan bercat putih dari besi.

Pesona Tabarano

Dari titik Wisata Agro Tabarano, sejauh mata memandang terlihat hamparan sawah di seberang. View menarik dengan nuansa berbeda.

Kawasan ini berpagar bebukit khas Luwu Timur, rerumah yang terlihat berjarak dan tanaman keras yang berdiri di sampingnya menguatkan kesan bahwa pemandangan dari bukit ini sungguh menyenangkan dan menenangkan jiwa. Tempat dimana Irah, Sumariani dan Weni bekerja adalah destinasi wisata yang menawarkan pesona keindahan bukit khas Luwu Timur.

Di sayap kiri rumah, ada dua meja dan empat bangku panjang berikut kursi-kursi tinggi menjadi ciri khas bahwa sisi ini tempat untuk ngobrol santai sekaligus menikmati sensasi suasana perbukitan.

Jalan kecil beraspal di bagian belakang Bukit Agro menandakan bahwa kawasan ini mudah diakses dari Poros Malili – Sorowako.

Ada ruas jalan yang memandu pengunjung untuk sampai ke titik ini. Jalan yang dibangun oleh PT. Vale, (dulu Inco) dan jalan provinsi yang telah lama disiapkan Pemerintah. Tabarano berjarak sekira 25 kilometer dari Kota Sorowako atau dari Malili.

Demi memanja pengunjung yang datang, di sekitar area wisata beragam fasilitas yang ditata dengan sentuhan artistik tidak kalah dengan tempat-tempat lainnya di Sulawesi atau tanah Jawa.

“Arsiteknya berasal dari Jawa Barat,” kata Alwy, pekerja sosial di Sorowako terkait sosok di balik destinasi wisata ini.

Yang unik, di lokasi itu ada bua batang pohon endemik menjulang bernama kulahi dan pohon dengen – buahnya bisa dibuat jus. Di sampingnya terhampar halaman berumput, meja dan bangku panjang serta taman bunga aneka warna menjadi penambah cita rasa rekreasinya.

Tak ketinggalan wahana pertemuan, semacam gazebo dan wahana sightseeing ke cakrawala selatan. Wahana gazebo ini disiapkan untuk rekreasi rumah tangga. Jika ingin leha-leha segera naik gazebo yang dibuat sedemikian nyaman untuk istirahat dan melambungkan khayalan keindahan Bukit Tabarano.

Konstruk rumah utama dan gazebo yang dibangun dengan gaya Eropa sebagaimana terlihat dari pasangan batu bata tanpa plesteran serta kombinasi oranye dan putih di gazebo membuat Bukti Agro Tabarano dapat menawarkan sensasi berbeda.

Di dekat gazebo disiapkan 4 meja panjang yang terhubung dengan bangkunya, penanda bahwa tempat ini disiapkan untuk acara-acara keluarga hingga 100 orang.

Saat sampai di gerbang wisata, kita akan mendapati photobooth Instagram. Silakan berfoto di sana jika tertarik. Ke sisi timur ada undakan yang berisi bebungaan. Semacam taman dengan aneka warna bunga, kuning, ungu hingga pink.

***

Damian Dellea, pengunjung asal Swiss mengatakan bahwa kawasan ini sangat indah dan bagus untuk wahana rekreasi keluarga apalagi jika fasilitaas untuk anak-anak atau wahana keluarga disiapkan lebih banyak.

“Ini sangat bagus untuk rekreasi keluarga,” katanya saat ditemui di kantin.

“Ini indah sekali kalau pagi, ada kabut-kabut tipis di kaki bukit,” tambah Gani, pekerja untuk program pemberdayaan masyarakat di area kerja PT. Vale yang memandu ke situ.

Akses ke Tabarano

Meski belum cukup dua tahun, Bukti Agro Tabarano pantas disebut destinasi wisata favorit di sekitar Kota Nikel Sorowako.  Dia adalah oase wisata di sekitar pegunungan Verbeek, di Sulawesi Selatan terutama di Luwu Timur.

Tak perlu khawatir jika hendak makan atau berharap ada kudapan khas Luwu Timur di lokasi ini.

“Jika ingin makanan khas seperti parede, lawa’, atau lainnya harus pesan beberapa hari sebelumnya tapi kalau nasi goreng, atau kentang goreng dan snack tersedia dengan segera,” kata Irah.

“Bunganya bagus untuk berfoto apalagi kalau koleksi bunganya ditambah, biar berwarna,” saran Mega, perawat di Puskesmas Parungpanai’, Wasuponda yang sudah beberapa kali bertandang sebelum meninggalkan Bukit Agro.

Dari balcony, saya dan Gani tak melewatkan suasana sunset di beranda Wisata Agro Tabarano. Menyaksikan matahari luruh perlahan di lekuk bukit, melepas pandangan ke perkampungan dan persawahan yang memukau setelah diguyur cahaya senja.

Auh! Jika sedang berkunjung ke Sorowako atau dalam perjalanan ke Luwu Timur, ke sanalah!