Reuni Murid dan Guru di Selong (Bagian 1)

Tanggal 25 Maret 2016, pukul 5 sore, Ashar Karateng, Fatmawaty Nur, Azis Gapnal, Jumardi Lanta, Ruslan ‘Rio’ Situju, Noni Tangkilisan, Nur Sahijjah Bone, Irfan Saleh, Ibnu Mundzir, Nurlinda Taco, Nirwana Anar dan Kamaruddin Azis berdiri riang di depan bandara udara internasional Lombok, Praya. Mereka berfoto bareng disaksikan Ellena Khusnul Rachmawati dan Nur Sakinah.

Ellena dan Nur terlihat antusias di sisi bus yang siap mengantar para tetamu dari Sulawesi itu menuju kantor YMP, tempat dimana Ellena dan Nur mengabdi.  Nama-nama pertama adalah alumni salah satu proyek di Sulawesi bernama Sulawesi Capacity Development Project (CD Project) tahun 2007-2012. Tetamu ini adalah mantan project officer (PO), tenaga ahli dan alumni pelatihan Meta-Fasilitasi a la Nobuaki Wada.

Mereka, tetamu itu akan menjadi peserta pelatihan Meta-Fasilitasi lanjutan yang berlangsung dari tanggal 26 hingga 30 Maret 2016 di Selong, Lombok Timur.  Wada sendiri telah didapuk sebagai Guru bagi para fasilitator ini. Sayang sekali, Nakata Toyokazu, Guru lainnya sedang berhalangan datang karena sedang terserang influenza yang hebat.

Ellena adalah pimpinan Yayasan Masyarakat Peduli (YMP) sedang Nur adalah staf senior di organisasi yang kecimpung di isu sanitasi dan air bersih sejak 5 tahun terakhir. Ellena adalah peraih Ashoka Fellow 2014 untuk Indonesia dan pernah hadir di acara Kick Andy Metro TV karena kegigihannya memfasilitasi masyarakat Desa Sembalun dalam mengakses air dari punggung Rinajani yang terkenal keras.

Bersuka cita di meja makan (foto: Kamaruddin Azis)
Bersuka cita di meja makan (foto: Kamaruddin Azis)

Pukul  19.30, para peserta yang datang dari Takalar, Gorontalo, Manado, Kendari, Palu, Bali dan Makassar tersebut menyatu di halaman kantor YMP. Suka cita mereka memuncak ketika bersitatap dengan Nobuaki Wada, sosok yang selama ini mereka anggap sebagai guru, Guru Meta-Fasilitasi. Wada bersama Toyokazu Nakata adalah penulis buku, “Reaching Out to Field Reality, Meta-Facilitation for Development Workers” (ROTFR) yang telah diterjemahkan ke dalam Indonesia oleh Supriyono dan disunting oleh Ashar Karateng, Kamaruddin Azis dan Ellena K. Rahmawati.

Di halaman kantor YMP yang telah disulap jadi ruang pertemuan sekaligus ruang makan tersebut, hadir pula Tomoyuki Nishida, Waka Mayashita serta Missy Kondo. Nishida adalah sosok yang selama ini sangat lekat dengan Meta-Fasilitasi yang dikembangkan oleh Wada.

Wada, Waka, Missy dan Nishida (foto: Kamaruddin Azis)
Wada, Waka, Missy, Nishida, Azis (foto: Kamaruddin Azis)

Nishida, bersama Ashar Karateng adalah tenaga ahli untuk Program Pengembangan Keberdayaan Pemberdayaan Masyarakat (PKPM), program dimana Wada menerapkan metode pelatihan yang unik ini. Sementara Waka, oleh Wada disebut sebagai ‘bos’ dan memberinya pekerjaan. Waka bekerja untuk Mura No Mirai, satu LSM di Jepang yang fokus pada pembangunan desa.

“Saya pendiri Mura No Mirai, namun sekarang saya dipekerjakan oleh mereka,” seloroh Wada. Missy Kondo adalah jembatan komunikasi jelang persiapan pelatihan ini. Missy-lah yang intens berkomunikasi dengan Ashar dan Ellena berkaitan kebutuhan dan proses pelaksanaan pelatihan.

Kehadiran Wada dan kawan-kawan  sekaitan pula dengan agenda pelaksanaan peluncuran buku terjemahan ROTFR  di Jakarta, tepatnya di Gedung JETRO Jakarta tanggal 17 Maret 2016. Peluncuran ini dihadiri beberapa perwakilan seperti Bappenas, LSM nasional dan pemerhati pembangunan. Salah satunya adalah Mayong Dwi Laksono, penulis dan bekerja untuk organisasi bernama SPEAK.

Malam itu, terjadi reuni sukacita antara alumni JICA-PKPM, CD Project di halaman kantor YMP. Gelak tawa, canda tawa menjadi bukti suasana hati mereka yang sedang riang. Satu persatu mereka mendapat pelukan dari sang Guru dan sahabat-sahabatnya.  Mereka memanfaatkan pertemuan itu dengan bertanya kabar dan aktivitas kontemporer. Malam itu, para peserta menginap di Hotel Erina, Selong.