PALU, COMMIT – Namanya Jamilah M, usianya 42 tahun. Dia tinggal di salah satu blok shelter evakuasi Balaroa, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Baca Balaroa berarti ingat lokasi gempa parah di Palu kan?
Betul. Jamilah adalah korban gempa dan tsunami Palu yang dahsyat itu. Aziz Gapnal, perwakilan Yayasan COMMIT yang selama ini kerap berbagi update tetang Palu-Donggala pasca bencana, memperoleh kesan mendalam akan ketangguhan sosok Jamilah.
Itu bermula dari kunjungannya ke shelter pengungsi Balaroa pada Rabu 6 Maret 2019. Dia ke sana di antara pukul 19.30 – 21.00 Wita.
“Saya ke sana untuk berbagi rezeki, memastikan amanah segera tersampaikan. Ada bantuan modal usaha yang tidak seberapa jumlahnya tapi minimal dapat menunjang upaya pemulihan kembali usaha ibu-ibu korban bencana gempa bumi dan likuifaksi,” jelas Aziz kepada admin COMMIT.
Menurut Aziz, para pengungsi ini menjalani pengungsian di bulan keenam pasca bencana.
“Mereka ada di shelter evakuasi Balaroa. Tanpa informasi yang jelas, sampai kapan mereka berada di shelter. Namun, mereka tetap berharap dan optimis, bahwa Pemerintah akan menemukan solusi yang tepat bagi mereka,” ucap Aziz.
Salah satu dari pengungsi itu adalah Jamilah. Aziz bercerita bahwa kunjungannya itu menjadi senyum bagi Jamilah.
“Terima kasih pak Azis dan kepada semua pihak yang telah berkenan membantu, harapan saya untuk beli oven untuk pemanggangan kue akan segera terwujud,” ucap Jamilah ditirukan Aziz.
Jamilah menurut Aziz adalah seorang ibu tangguh. “Bayangkan, dia memiliki 10 orang anak dan hidup tanpa suami,” kata Aziz.
Dengan 10 orang anak itu, sebelum bencana 28 september 2018, demi menyambung hidup keluarga dan masa depan pendidikan anak-anaknya, dia rela menghabiskan waktu 17 sampe 19 jam hanya untuk buat dan jualan kue.
Jamilah sudah mulai aktivitas usahanya di dini hari. Jam 10 malam baru berhenti jualan. Bahkan kerap nongkrong sambil jualan dekat penjual martabak hingga larut malam di Kota Palu. Dia juga berjualan kue lewat online sebelum bencana lalu itu.
Bencana membuat rumah Jamilah sekeluarga porak poranda termasuk alat-alat pembikin kuenya. Anak-anaknya pun sudah banyak alpa karena tidak ke sekolah. Karena tidak mau tinggal kelas, dia pindah sekolah.
Saat ini, lanjut Aziz, Jamilah kembali memulai aktivitas berjualan kue di shelter.
“Modalnya oven pinjaman,” sebut Aziz. Semoga bantuan yang diberikan bisa membuatnya membeli oven baru. (*)