10 Pengelola Combine Bantuan PT Vale Gelar Rembug Pengelolaan dan Dirikan Asosiasi ASPEC

PT Vale memberi bantuan untuk pengembangan potensi usaha pertanian di Lingkar Tambang mulai dari Malili, Wasuponda hingga Towuti dengan menyalurkan 17 unit Combine atau mesin perontok padi.

 COMMIT-FOUNDATION.ORG –  PT Vale Indonesia Tbk telah membantu pemenuhan kebutuhan kelompok petani yang tersebar di sejumlah desa di Lingkar Tambang dengan menyediakan Mesin Combine dalam skema Program Pengembangan Kawasan dan Perdesaan Mandiri sejak tahun 2018.

 Jumlahnya mencapai 17 unit dan tersebar di desa-desa pertanian seperti Mahalona Raya, Loeha Raya, Timampu, Pekaloa hingga Malili dan Wasuponda.

Informasi itu disampaikan Denny Patandung, Koordinator Fasilitator Kawasan Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat ’Pengembangan Kawasan dan Perdesaan Mandiri, PT Vale Indonesia Tbk, Rabu, 18/9/2024.

Denny menyebut, itu pula yang menjadi alasan mengapa rembug atau tudang sipulung ini digelar.

”Bersama kita ini hadir 4 perwakilan Bumdesma dan 6 perwakilan Bumdes yang mengelola 17 unit Combine itu,” jelas Denny.

“Kami bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pengelolaan Combine ini sesuai tujuannya yaitu untuk memberikan manfaat ekonomi yang maksimal di kawasan pertanian,” kata dia.

Dikatakan Denny, PT Vale Indonesia melalui Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Program Pengembangan Kawasan Mandiri (PKPM) pada periode 2018 sampai tahun 2022, telah fokus pada pengembangan Produk Unggulan Desa atau Prudes serta Produk Unggulan Kawasan Desa seperti pengembangan pertanian padi.

Komitmen PT Vale

Hasil penelusuran Pelakita, Harga 1 unit Combine Mesin Combine Harvester Kubota Dc-70 Pro sebesar Rp505.000.000.

Iskandar Ismail, Senior Coordinator di seksi Eksternal Relation PT Vale yang hadir membuka acara memberi penghargaan atas inisiatif pelaksanaan rembug.

Hal yang disebutnya sebagai kesempatan untuk mengidentifikasi potensi, tantangan dan menyusun staregi untuk perbaikan usaha ke depan.

“Ini kesempatan yang baik bagi pengelola untuk mengikut rembug atau sharing session ini agar dapat melihat sisi mana yang perlu dibenahi ke depan,” kata Iskandar.

“Kami berterima kasih kepada tenaga ahli COMMIT Foundation yang telah membantu pengelola Combine agar bisa lebih  baik dalam mengelola peluang ekonomi yang ada. Termasuk penguatan jejaringnya,” sebut Iskandar.

Menurut Iskandar, komitmen PT Vale bukan hanya membantu petani dengan penyediaan Combine tetapi juga penguatan kapasitas dan kemampuan manajerial.

Andi Narwis, Site Manager Program PKPM atas nama Tim COMMIT Foundation menyebut, hasil observasi dan wawancara yang dilakukan Tim Fasilitator Kawasan, Combine merupakan aset yang paling produktif di antara aset yang lain.

“Di kawasan pemberdayaan PT Vale telah terdapat 17 combine program PKPM yang dikelola 10 lembaga pengelola aset baik itu Bumdesma dan Bumdes. Hasil monitoring pengelolaan aset di beberapa Kawasan yang dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2024, menunjukkan bahwa untuk beberapa pengelola perlu penguatan tambahan,” kata dia.

Fasilitator pada Rembug ini adalah Kamaruddin Azis, Sekretaris Eksekutif COMMIT Foundation yang memandu proses sharing pengalaman pengelola.

Dia juga memberi pengayaan-pengayaan pada pentingnya kapasitas pengelola serta adanya rencana aksi.

“Banyak hal menarik dari proses sharing ini, ada pengelola yang bisa meraup pendapatan hingga 120 juta dalam setahun, ada yang bisa mencapai 131 juta. Meski pada beberapa desa atau pengelola hanya bisa meraup 40 atau 70 juta,” ungkap Kamaruddin.

Menurutnya, dengan pengelola yang punya kapasitas, mampu memanfaatkan peluang bisnis, ke depan, Combine yang ada bisa menjadi sumber pendapatan desa dan masyarakat desa.

“Kuncinya, pengelola harus kreatif buat program, terampil dalam marketing usaha dan berjejaring,” kata dia.

“Rembug ini berhasil mengidentifikasi kebutuhan atau masalah pengelolaan Combine. Peserta juga membahas sejumlah strategi untuk perbaikan usaha ke depan,” kata dia.

Membentuk Asosiasi

Denny Patandung memfasilitasi peserta untuk menyusun sejumlah rekomendasi dan rencana aksi.

Mulai dari perlunya standarisasi patokan penyewaan Combine, penguatan kapasitas pengelola, perbaikan manajemen usaha meliputi administrasi dan pengelolaan keuangan hingga pentingnya membentuk jejaring pengelola.

Denny Patandung (ujung kanan) bersama perwakilan pengelola Combine jelang pemilihan ketua ASPEC (dok: Pelakita.,ID)

Terkait itu, peserta sepakat untuk membentuk Asosiasi Pengelola Combine atau ASPEC.

“Teman-teman sepakat pada perlunya penguatan organisasi pengelola dan pada saat yang sama membentuk asosiasi pengelola. Namanya ASPEC,” kata Denny.

”Pada rembug ini, teman-teman secara demokratis berhasil memilih Norman (41) dari Tokalombo,” sebut Denny.

”Forum ini sudah pernah dibahas beberapa waktu lalu, tujuannya agar memperkuat kerjasama pengelola Combine, selain untuk kerjasama operasi,  penentuan SOP juga untuk memperkuat bargaining mereka di depan masyarakat petani bahkan pihak mitra seperti Pemerintah Daerah dan PT Vale,” ujar Denny.

Contoh Combne Harbvester Kubota (dok: Istimewa)

”Pada bulan Oktober, Asosiasi ini akan menggelar kegiatan penguatan kapasitas, juga formulasi dan kesepakatan atas Standard Operation Procedure asosiasi,” pungkasnya.

Peserta kegiatan berasal dari pengurus Bumdes dan Bumdesma, Mereka adalah perwakilan Bumdes Rante Angin, Bumdes Tokalimbo, Bumdes Timampu, Bumdes Pekaloa, Bumdes Matompi, Bumdes Loeha.

Lalu ada Bumdesma Loeha Raya, Bumdesma Mahalona Raya, Bumdesma Wute Manuo dan Bumdesma Pola serta Fasilitator Kawasan.

Hadir pula Kepala Desa Matompi Rustam, tokoh pemuda, Fasilitator Kawasan di Lingkar Tambang PT Vale.

Redaksi