COMMIT – Akademisi Universitas Tadulako, Nur Sangadji, DEA, memberi inspirasi kepada kita tentang bagaimana menghadirkan masa depan di keseharian kita dengan menghadirkan ‘kesadaran dalam’. Hal yang sesuai dengan anjuran Prof. Otto Scharmer dari MIT Amerika yang memperkenalkan ‘U Theory’. Yaitu, pada bagaimana menghadirkan visi masa depan dengan kerja-kerja kreatif melalui metode ‘Presencing’. (lihat ini)
Berikut telisikan Nur, dosen Pertanian yang pernah wara-wiri di Prancis itu.
Karib saya Saleh Awal, menulis satu judul yang sangat menarik. Diangkat dari kearifan lokal Tanah Bugis, “lettukko jolo, nappa jokkako“. Di rus tahun 1998, karib saya yang lain, Dr Ahmad Rizal memperkenalkan wisdom sentences ini dalam diskusi persiapan proyek kerjasama UNTAD dgn UCE CEPI Canada.
Pada saat itu, dikenalkan satu pendekatan bernama “Search Conferences” atau “Future Search”.
Cerita lengkapnya bisa disasar lewat buku yg ditulis oleh Bruce Michel, yang telah diterjemahkan oleh Izal dkk. Bukur itu berjudul – bila tak keliru – Management Pengelolaan Lingkungan Hidup.
“Future Searh” itu secara garis besar bermakna mencari masa depan. Tapi, secara hakiki adalah menghadirkan hari esok pada hari ini. “Tiba sebelum berangkat”, falsafah Lettukko Jolo Nappa Jokkako“.
Dalam buku Michel tersebut, terdapat kutipan dari buku yang lain berjudul “Alice in Wonderland”. Buku yang terakhir ini memberi pesan, “If you don’t know where you want to go, any road will take you there”. Kalimat itu menyindir kita yang boleh jadi, sering bergerak tanpa tujuan atau arah yang pasti.
Ilustrasi lain sebagai kebalikan, ditunjukkan pada perjalanan Colombus yang memiliki tujuan pasti. Yaitu menuju ke Timur, negeri Nusantara untuk memburu rempah. Tapi, Colombus tidak tahu arah jalan mana yang harus ditempuh.
Karena dia diperintah tidak boleh lewat Tanjung Pengharapan yang sangat ganas ombaknya. Maka kabarnya, tibalah dia, di satu Benua yang saat ini disebut Amerika.
Tahun 1996, saya menginjakan kaki di pantai Catalunya, Barcelona Spanyol. Di pantai ini, berdiri kokoh patung Colombus. Manusia kesohor ini dipancangkan di tiang tinggi dengan posisi berdiri dan telunjuk yang mengarah ke satu arah.
Ada yang bilang itu arah Benua Amerika. Tapi, ada juga yg bilang arah negeri kita, Nusantara. Saya tidak punya cukup waktu untuk memastikannya. Tapi yang jelas, mengarah pada satu tujuan.
Hemat saya, filosofi Lettukko Jolo ini mendapat relevansi yang sangat pas dengan kaidah “common vision”. Sesuatu yang diwajibkan bagi yang berhasrat jadi pemimpin. Sesuatu yang mutlak harus ada dalam dokumen perencanaan pembangunan.
Juga, hal yang demikian dalam, diletakan oleh pendiri HMI dengan “Yakusa”, Yakin Usaha Sampai”. Orang Inggris menyemangatinya dengan “Never give up” (pantang menyerah). Dan, orang Perancis bilang “Alez jusqua but” (“berjalanlah sampai di ujung”).
Bravo Saleh Awal, teruslah menulis hingga akhir! (*)