COMMIT FOUNDATION – Beberapa waktu lalu, saya dan kolega Jumardi Lanta trip ke Teluk Bintuni. Misi yang istimewa setelah diminta The Gunma University atas dukungan Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk menjajaki peluang program peningkatan kapasitas para pemangku kepenitngan dalam mengentaskan anemia di kabupaten kaya Papua Barat itu.
Misi ini relevan dengan komitmen Bupati Teluk Bintuni, Petrus Kasihiw untuk membebaskan warga dari persoalan anemia melalui gerakan yang disebut GEMA TURI, Gerakan Melawan Anemia di Bintuni dan Manimera, dua kecamatan/distrik sebagai ‘pilot’. Bagaimana tidak, tingkat prevalensi anemia cukup tinggi yaitu 32,87 persen. Akibartnya sangat fatal bagi ibu-ibu yang melahirkan atau kalangan usia subur.
“Kadang ada yang sampai hanya 5 atau 3 kadar Hb-nya tapi tetap nampak kuat berjalan atau kelihatan sehat.”
Itu kata perawat atau petugas kesehatan di sana. Tentu banyak faktor atau aspek di balik situasi itu. Bisa pengetahuan, keterbatasan sumberdaya protein, hingga tradisi pangan setempat.
Perlu strategi dan langkah-langkah kolaboratif dalam menyusun rencana atau program yang tepat, tentu harus berbasis kapasitas yang memadai untuk itu.
Termasuk memastikan bagaimana mengantisipasi jika dibutuhkan kapasitas baru, baik dalam mekanisme perencanaan, pengusungan program khusus hingga pengalokasian sumberdaya yang tepat.
Foto pertama: Bersama Pak Sekda Frans Awak di ruang kerjanya. Beliau atas nama Pemda sangat supportif dan committed untuk menyukseskan GEMA TURI.
Foto kedua: Bersama Kadis Kesehatan, Franky Mobilala. Sosok yang sudah punya pengalaman baik dan berhasil dalam pencegaran Malaria di Teluk Bintuni.
“Kami pernah dapat penghargaan internasional terkait inovasi pelayanan publik pencegahan malaria. Pernah ke Azerbaijan sama Bupati Luwu Utara,” katanya saat kami bersua di kantornya yang apik.
Penulis: K. Azis