Kenangan dari Jazirah Luwu: KKN, Kakao dan Pertemanan di Success Alliance

COMMIT – Kelak, kalau selesai kuliah, saya ingin bekerja di daerah Luwu, di desa-desa Luwu Raya Sulawesi Selatan yang mengasikkan ini. Itu yang saya ikrarkan dalam hati seusai menyesap pengalaman, hikmah dan keramahtamahan warga Kampung Batusitanduk, Desa Bolong, Kecamaan Lamasi, Kabupaten Luwu dalam tahun 1994.
 
Itu kesan dari pengalaman ber-KKN. Ada banyak cerita selama di sini. Memasuki kampung-kampung di sekitar Sungai Makawa dan menikmati aliran air nan jernih dari Sungai Lamasi yang menerobos pematang dan kanal di belakang rumah penginapan kami selama berminggu-minggu di timur Kantor Koramil Batusitanduk.
 
Anak-anak KKN usia 23-an tahun mandi di saluran air terbuka, membaur dengan warga dan bercengkerama dengan bebek di halaman belakang rumah penginapan selama ber-KKN. Ada jurusan Kedokteran, Pertanian, Sospol hingga Kelautan dan Sastra Indonesia.
 
KKN di Bolong mengajarkan ke kami tentang daya tahan warga desa dan pengalaman berinteraksi setara dengan mereka, yang langgeng dengan memanfaatkan lahan untuk perkebunan, seperti kakao, cengkeh hingga vanili. Jalan setapak dan jalan kampung ke arah Makawa saat itu telah dijejali perkebunan vanili.
 
Demikian pula saat tandang ke rumah warga dan disuguhi kapurung, makanan khas Luwu. Sungguh nikmat sajian daging ayam kampung suwir di tengah genangan kuah sagu.
 
Untuk saya, belajar bahasa Palopo/Luwu dengan warga pedalaman adalah kenikmatan tersendiri sebab saya merasa lidah saya mudah beradaptasi dengan bahasa atau aksen ini.
 
Pagi ini, saya baru saja membuka mata dan menyaksikan foto lawas bertahun 2005. Ini foto in-house training berkaitan pelaksanaan salah satu proyek bernama Success Alliance yang dijalankan oleh LSM ACDI/VOCA dari Amerika Serikat.
 
Proyek inilah yang menjawab angan saya seperti cerita di awal, ingin kembali ke Luwu Raya. Saya join per Maret 2004, atau tidak lama setelah menggenapkan pelaksanaan proyek pengelolaan terumbu karang bernama COREMAP Fase I di Selayar yang melelahkan dan menguji emosi.
 
Di Success Alliance, saya masuk belakangan. Sudah ada beberapa maestro kakao yang eksis di sini. Saya bisa sebut seperti senior Haerul A. Wajuanna koordinator Success Alliance untuk Sulsel dan keseluruhan, Ir Lengkang di Sulbar, hingga Suharman Emmang yang mengurusi Sulawesi Tengah.
 
Dari mereka saya bisa belajar bagaimana proyek ini dijalankan. Memahami apa itu PsPSP, Cocoa Pod Borer hingga Sekolah Lapang Kakao dan agenda-agenda pengembangan sesudahnya.
 
Di Success Alliance 2004-2005 saya mendapat mandat untuk menyiapkan Farmer Organization Program yang dimentori Ms Jennifer Bielmann. Darinya, kami, termasuk kawan yang bertugas di Sultra, Sulsel dan Sulbar memperoleh input tentang metodologi baseline survey efektif untuk alumni sekolah lapang petani kakao dan kapasitas eksisting kelembagaan hingga agenda program-program penguatan kapasitas anggota.
 
Saya jadi ingat pula kawan seperjuangan seperti bro Hasrun Hafid di Sultra, Al Imran (alfatihah) di Sulbar hingga Erus Rosyadi di Sulteng.
 
Mengapa saya gandrung FOP? Penting, sebab secara umum dapat dijelaskan bahwa petani kakao kita secara pribadi dan kelembagaan menghadapi situasi eksternal dan internal yang dapat mengganggu produktivitas mereka jika tidak bisa menghadapi atau mengantisipasi dengan kapasitas baru.
 
Persoalan CPB atau PBK, disparitas harga yang dikendalikan pasar, kualitas pemasaran hingga kemampuan inovasi agar produk kakao berdaya saing adalah hal-hal yang menjadi catatan selama saya berkeliling Luwu dan Luwu Utara mengkampanyekan pengorganisasi petanai kakao untuk tangguh menghadapi persaingan dan tantangan sosial ekonomi perkakaoan.
 
Karena berbasis ‘pengorganisasian’, saat itu kami membantu kelompok yang ada – umumnya alumni Sekolah Lapang dengan input tambahan seperti penguatan kapasitas teknis, manajemen, pasca panen hingga link dengan pasar.
 
Saya ingat pernah studi banding ke perusahan pengolah kakao jadi bubuk/mentega PT Effem di Kima Makassar bersama petani kakao dari Luwu. Ada beberapa sosok menyenangkan yang saya kenal di sini seperti Dasa Tandi Bua di Paccerakang atau Pak Nasir dan Rauf di Pattedong.
 
Kenangan tak terlupakan selama bekerja di sini adalah naik motor hampir setiap hari, dari Buntu Barana di Suli, Paccerakang di Ponrang, Baebunta, Bajo, Kamanre, Lamasi, Mappadeceng, Bonebone, Sabbang, Masamba hingga Malangke.
 
Pun, membayangkan kawan-kawan di foto ini menikmati kapurung, bercanda, makan durian di daerah Baebunta, atau naik motor di atas jembatan goyang di Ponrang hingga menikmat Sop Saudara ikan bandeng gemuk di sekitar Pasar Bone-Bone sebelum bertolak ke desa-desa pedalaman Kecamatan Sukamaju dan mencandai Pak Sugeng.
 
Pagi ini saya semangat dan segera ke depan laptop, ingin menulis dan menyampaikan terima kasih atas dukungan dan kerjasama selama jadi anggota tim Success Alliance.
 
Saya jadi kenal dan familiar dengan sosok seperti Muhammad Syahrir yang bertugas di Malangke – belakangan saya tahu di aktif di Korpala Unhas, Muhammad Amin di Mappadeceng, Andi Ridwan di Bone-Bone, Agung di Sabbang dan Baebunta, Andi Baso Parana di Palopo dan sekitarnya.
 
Lalu ada Muthaminnah di Kamanre yang tangguh di atas motor bebeknya keluar masuk kampung, Mas Kipo Zulkifli di Bajo dan sekitarnya (tsah namanya keren), Nincy Kasa di Lamasi, Mas Agus di Ponrang, Kamil A Kuna di sekitar Suli adalah sahabat-sahabat yang menyenangkan. Mereka rendah hati dan terus menerus mengulur tali silaturahmi. Facebook jadi saksinya. Tsah! Semoga sosodara tetap sehat dan berkah hidupnya.
 
Oh iya, terakhir, dengan kerja di Success Allliance, saya bisa mampir lagi di Batusitanduk, di desa eks KKN tahun 1994 sembari menyapa saudara-saudara di sana dengan penuh persahabatan. “Den raka bugalu…..
Penulis: K. Azis (Sekretaris Eksekutif Yayasan COMMIT)