Sekretaris Eksekutif COMMIT Jadi Fasilitator di Pelatihan Staf GNI Jeneponto

JENEPONTO, COMMIT – Sekretaris Eksekutif Yayasan COMMIT, Kamaruddin Azis menjadi narasumber sekaligus fasilitator dalam pelatihan Penguatan Kapasitas Staf Yayasan Gugah Nurani Indonesia (GNI) Jeneponto, (20/3/2019).

Pelatihan tersebut menurut Sutriani Yusuf, Community Development Facilitator GNI bertujuan untuk memperkuat kapasitas staf Jeneponto dalam memfasilitasi masyarakat terutama di tiga desa dan kelurahan dampingan di Kecamatan Bangkala, Jeneponto.

“Ada 8 staf keseluruhan, mulai dari staf lapangan hingga manajer pemberdayaan masyarakat,” kata Sutriani yang juga berpengalaman bekerja di proyek JICA ini.

Sementara itu, manajer Community Development Project Gugah Nurani Indonesia Kabupaten Jeneponto, Ruslan Daud Mendogu menyatakan kehadiran GNI di Indonesia untuk mengambil bagian dalam mengentaskan persoalan seperti kesehatan, pendidikan dan income generation.

Menurut Ruslan, saat ini, GNI fokus di Kecamatan Bangkala meliputi Desa Punagayya, Malassoro dan Kelurahan Pantai Bahari. Desa-desa ini rentan dari sisi keberdayaan pendidikan, kesehatan dan ekonomi meski memiliki potensi sumber daya alam yang tak kalah menjanjikan.

“Fokus kami di pendidikan anak usia dini termasuk penguatan kapasitas ekonomi. Pendidikan anak ini kan tidak bisa berjalan bagus kalau ekonomi orang tua lemah,” kata sosok yang biasa disapa Olan ini.

Menurut Olan, isu-isu terkait pendidikan bisa dilihat dari pelaksanaan bantuan seperti PKH, bantuan keluarga miskin. Isu yang perlu diurai dan diselesaikan agar anak didik bisa bersekolah dengan baik, tak DO.

“Permasalahan mendasar seperti bantuan transportasi anak sekolah. Bantuan secara langsung diberikan, padahal saat diberikan, orang tuanya belikan peruntukan di luar pendidikan. Pada akhirnya yang harusnya terjamin 3 bulan, satu dua hari dana habis, itu salah satu kendala,” katanya.

Suasana pelatihan GNI Jeneponto (dok: istimewa)

“Isu lain adalah angka drop out, anak sekolah yang keluar sekolah. Perlu strategi khusus untuk pendidikan ini. Nah, kami memandang hal-hal tersebut membutuhkan fasilitasi yang efektif, ini pula yang menjadi tujuan inti pelatihan ini,” ucap sosok yang berpengalaman di PNPM yang join GNI sejak Juli 2017 ini.

Menurut Ruslan, saat ini GNI bekerja di 17 kabupaten/kota di Indonesia, seperti di Aceh, yang memulai CDP tertua pasca tsunami dan gempa bumi 2004. Kemudian di Sumut, Sumbar, Jawa Barat dan Jakarta meliputi Bekasi, Bogor, Sukabumi, Jogja, Surabaya Jawa Timur, Lombok NTB dan NTT serta Sulawesi Selatan meliputi dua kabupaten Enrekang dan Jeneponto.

“Selama ini GNI fokus di isu kesehatan, pendidikan dan income generation, tetapi masing-masing daerah bisa memilih isunya. Kita GNO Jeneponto lebih fokus di pendidikan. Pelatihan ini bertujuan agar tim GNI efektif dalam fasilitasi dan menjalankan tugas-tugas lapangan,” katanya.

Sementara itu, Kamaruddin Azis menyatakan bahwa secara umum, pelatihan berhasil meningkatkan kapasitas peserta berkaitan pengetahuan mengenai hakikat, urgensi dan metode dalam fasilitasi masyarakat.

Suasana pembukaan pelatihan oleh Kepala Bappeda Jeneponto (dok: istimewa)

Dia menyarankan bahwa ntuk memastikan adanya follow up pasca pelatihan, tim GNI Jeneponto bisa memberi tugas dari masing-masing personil untuk berlatih teknik observasi pada Sumberdaya Desa (hutan, tanah, air), kelembagaan yang ada baik bentukan dari luar maupun dari dalam serta norma-norma, nilai atau tradisi yang masih terjaga.

“Meminta masing-masing personil untuk berlatih wawancara dan memfasilitasi pertemuan dalam mendorong pengambilan keputusan di tingkat warga atau kelompok. Ini akan bisa dipraktikkan ketika masing-masing datang ke desa dampingan di Bangkala itu,” pungkasnya. (*)