Perubahan atas Bersih dan Sehat: Sebuah Catatan Sosiologis

Sebagai pengantar dalam membaca buku Mewakafkan Hati untuk Perubahan (2014), buku pertama COMMIT untuk isu sanitasi di Lombok Timur, Prof. Darmawan Salman, Guru Besar Sosiologi Pedesaan Fakultas Pertanian Unhas yang juga penasehat COMMIT Foundation Makassar menuliskan pokok-pokok pikirannya berikut ini.

***

Perubahan atas Bersih dan Sehat: Sebuah Catatan Sosiologis

Perubahan adalah “waktu yang mengalir” melalui ruang yang di dalamnya berlangsung praktek dan peristiwa. Praktek dan peristiwa dalam kediaman ruang dan aliran waktu itu melibatkan tindakan bebas aktor/agensi dalam arahan struktur/kelembagaan. Dialektika antara tindakan bebas aktor/agensi dengan arahan struktur/kelembagaan itulah yang memberi warna kepada kediaman ruang dan aliran waktu tentang praktek apa yang dipertahankan dan praktek apa yang diubah.

Tempo-tempo perubahan praktek berlangsung biasa dan umum sehingga hanya memanifestasikan “dinamika praktek” dari waktu ke waktu, tempo-tempo perubahan praktek itu berlangsung luar biasa dan tidak umum sehingga resultante tindakannya “melahirkan peristiwa”.

“Dinamika praktek” adalah konsekuensi atas spirit yang muncul dari “kebersesuaian damai” antara tindakan bebas aktor/agensi dengan dengan arahan struktur/kelembagaan, sementara “kelahiran peristiwa” adalah konsekuensi atas spirit yang muncul dari “kebersesuaian retak” antara tindakan bebas aktor dengan arahan struktur/kelembagaan. “Dinamika praktek” dilahirkan oleh “spirit sehari-hari”, sementara “kelahiran peristiwa” dicetuskan oleh “spirit zaman”.

Dengan demikian, setiap tatanan dalam pertemuan ruang dan waktunya bergerak dalam dua catatan: catatan “rangkaian praktek” yang digerakkan oleh “spirit sehari-hari” dan catatan “rangkaian peristiwa” yang digerakkan oleh “spirit zaman”.

Tidak usah beri penilaian apakah “rangkaian peristiwa” lebih berbudaya dan lebih beradab dari “rangkaian praktek”, atau sebaliknya, karena kebudayaan dan peradaban dalam hakikinya adalah hasil tawar-menawar antara tindakan bebas aktor/agensi dengan struktur/kelembagaan yang di”sah”kan oleh kespesifikan masing-masing tatanan.

11130473_10153264768542767_1872938736367084784_o

*****

Bersih dan sehat adalah nama atas sebuah keadaan. Keadaan bersih dan sehat itu dianggap bernilai oleh suatu kebudayaan. Dengan itu bersih dan sehat bukan lagi sekedar keadaan, melainkan pencapaian, yakni pencapaian atas sesuatu yang dianggap bernilai.

Maka capaian bersih dan sehat memberi status tinggi, sebaliknya kotor dan sakit memberi status rendah. Selanjutnya, kebudayaan merumuskan aturan main dalam mencapai bersih dan sehat tersebut.

Siapa yang mencapainya dengan cara yang sesuai dengan sistem norma, maka ia dianggap sebagai aktor/agensi yang patuh; sebaliknya siapa yang mencapainya dengan cara melanggar norma, maka ia dianggap sebagai aktor/agensi yang menyimpang.  Begitulah: pada suatu saat bersih dan sehat memberi status tinggi serta “penghargaan kepatuhan”, pada saat lain ia memberi status rendah dan “hukuman pembangkangan”.

Ketika saya masih SD dan SMP di kampung halaman, buang air besar pada titik tertentu di semak-semak dalam kebun, di bawah rimbun daun rumbia, ataupun di atas aliran air sungai kecil, adalah praktek sehari-hari. Cuci tangan habis bermain lumpur tanpa pakai sabun juga adalah praktek sehari-hari. Minum air sumur dari wadah buluh bambu atau yang telah tersimpan lama dalam kendi terbuat dari tanah pun adalah praktek sehari-hari. Membuang sampah di halaman rumah atau di jalan setapak kampung adalah praktek sehari-hari pula. Membuang limbah cair rumah tangga, sebagian tercampur dengan air besar anggota keluarga yang tidak mampu meninggalkan rumah, dari bagian belakang rumah panggung ke kolong rumah, adalah termasuk praktek sehari-hari. Praktek sehari-hari ini berjalan puluhan tahun, sebagai tindakan bebas aktor/agensi yang tersetujui sistem norma dari struktur/kelembagaan. Dengan itulah keadaan bersih dan sehat didefinisikan dan dicapai oleh tatanan kampung halaman saya.

Namun demikian, kehidupan tidak hanya berjalan pada ruang tertentu  dan pada waktu tertentu. Waktu terus mengalir, ruang terus terisi. Begitu pula dengan sistem nilai dan sistem norma tentang bersih dan sehat, ia memiliki “kespesifikan ruang” dan “keterus-menerusan  waktu”. Bila “kespesifikan ruang” dan “keterus-menerusan waktu” itu dilihat dari atas, maka betapa akan tampak rangkai “dinamika praktek” dan “kemunculan peristiwa” atas bersih dan sehat. Coba kita ilustrasikan tentang bersih, batasi tentang praktek buang air besar saja.

Ketika di sebuah ruang buang air sembarang tempat masih ditolerir oleh sistem norma yang berlaku, di ruang lain norma masyarakatnya sudah mengharuskan adanya sebuah tempat bernama toilet yang harus bersih dan kering serta berisi cermin untuk berhias diri.

Begitulah, buang air besar menyajikan ragam praktek: jongkok terbuka dalam semak dan pinggir sungai, jongkok tersembunyi dalam kamar kecil sederhana dan lubang buang sederhana pula, hingga duduk santai sambil baca koran di atas dudukan dengan semprotan air canggih dan lantai kering mengkilap serta cermin lebar. Secara sinkronik ragam ini menunjukkan adanya variasi konstruksi ruang atas buang air besar, secara diakronik ragam ini menunjukkan adanya evolusi konstruksi waktu atas buang air besar.

*****

Buku ini bercerita tentang perubahan atas bersih dan sehat pada sebuah ruang dalam rangkaian waktunya. Cerita tentang bekerjanya sebuah struktur/kelembagaan yang mendorong praktek bersih dan sehat pada sejumlah desa atas nama pembangunan kesehatan, dalam program bernama Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Cerita tentang bertindaknya sejumlah aktor/agensi merespons dorongan praktek bersih dan sehat tersebut secara bersesuai dengan kehendak bebasnya atas nama keswadayaan.

Total cerita dalam buku ini adalah pertemuan antara “sistem penghantaran” (delivery system) dengan “mekanisme penerimaan” (receiving mechanism) bagi perubahan atas bersih dan sehat. Tujuannya adalah meningkatkan status kesehatan masyarakat desa secara mandiri dan berkelanjutan.

Sistem penghantaran ini membawa lima pilar norma: (1) tidak buang air besar sembarangan, (2) mencuci tangan pakai sabun, (3) mengolah air minum dan makanan dengan cara aman, (4) mengelola sampah rumah tangga dengan benar, (5) mengelola limbah air rumah tangga dengan aman.

Sistem penerimaan ini berkisar tentang bertindaknya sejumlah aktor/agensi merespons dorongan praktek bersih dan sehat tersebut secara bersesuai dengan kesadaran diri dan daya organisir dirinya. Maka dari masyarakat muncul sejumlah aktor pelaku perubahan, mereka itulah yang dikisahkan kiprahnya dalam buku ini.

Mereka adalah aktor yang bergerak pada puluhan desa, sebagian adalah fasilitator program STBM, sebagian adalah kader desa yang selama ini sudah aktif, sebagian lagi adalah aktor dari masyarakat desa sendiri yang bertindak sebagai early adopter dari inovasi yang terhantar, dan sebagian lebih besarnya lagi adalah aktor-aktor yang biasa-biasa saja dari mayoritas masyarakat yang mungkin tidak disebut khusus tetapi mereka adalah “mayoritas diam” (silent majority) di balik berbagai alur dan setting cerita.

Apakah buku  ini telah bercerita tentang bekerjanya “spirit zaman” yang “melahirkan peristiwa”, atau ia sekedar cerita tentang bekerjanya “spirit sehari-hari” yang mempertontonkan “dinamika praktek”? Apakah buku ini telah bercerita tentang “evolusi konstruksi waktu” atas bersih dan sehat, atau ia sekedar cerita tentang “variasi konstruksi ruang” atas bersih dan sehat? Mungkin ya-mungkin tidak; mungkin tidak-mungkin ya!